Home   Blog    Jurnalisme  Komunikasi  Menulis
Pengembangan Diri

  Monday, 01 August 2022 14:02 WIB

Human Interest dalam Pembuatan Konten

Author   Tempo Institute

tempo33

Media sosial yang terus berkembang membuat konten bernuansa human interest makin mudah dibuat dan disebarkan. Berdasarkan data dari We Are Social, ada 199 juta pengguna aktif media sosial di Indonesia. Itu artinya makin banyak konten media sosial diproduksi. Kini, masyarakat dengan mudahnya menemukan konten human interest di lini media massa, misalnya saja video seorang pedagang keliling paruh baya yang duduk menangis di pinggir jalan karena dagangannya tidak laku. Konten semacam ini sangat menggugah empati manusia dan mampu mengajak audiens untuk ikut prihatin dengan nasib pedagang dalam video itu.

Namun, terkadang ketertarikan audiens terhadap konten human interest disalahgunakan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab, seperti merekam dan menyebarkan kisah orang lain yang berada dalam keadaan susah yang bertujuan viral saja. Melansir dari laman Language Humanities, narasi human interest harusnya tidak melulu soal kisah-kisah mengharukan, terlebih untuk konten jurnalistik. Apapun yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari manusia, bisa menjadi narasi human interest.

Kelebihan Narasi Human interest

Selain mampu menggugah emosi manusia, narasi human interest mampu membuat audiens lebih mudah memahami pesan yang ingin disampaikan oleh pembuat konten. Kemudahan ini diperoleh karena narasi human interest dibuat oleh manusia, obyeknya manusia, audiensnya juga manusia. Keterkaitan emosional inilah yang menjadi kelebihan narasi human interest dibandingkan narasi lainnya.

Narasi human interest juga mengandung nilai-nilai kehidupan yang bisa menjadi contoh. Di mana, audiens kerap mencari keterkaitan antara apa yang sedang dialami dengan apa yang mereka tonton. Audiens berharap, dengan menonton/membaca/mendengar konten yang memiliki keterkaitan dengan kehidupannya, maka mereka akan mendapatkan nilai-nilai baik dalam kehidupan, misalnya dukungan secara emosional. Meski terkesan ‘berat’, narasi human interest dalam jurnalistik lebih sering digunakan dalam tulisan soft news atau feature. Di mana, jenis tulisan ini lebih ringan dibaca dan bersifat timeless.

Kekurangan Narasi Human interest

Walaupun memiliki banyak kelebihan, narasi human interest tidak boleh dibuat sembarangan, seperti video-video viral yang kerap muncul di lini media sosial akhir-akhir ini. Konten-konten human interest yang mengandung kisah-kisah sedih, justru terkesan ‘menjual’ cerita orang lain tanpa persetujuan. Namun, ada juga yang menggunakan cara ini untuk menggalang dana kemanusiaan. Semua itu tergantung pada tujuan si pembuat konten.

Oleh sebab itu, pembuat konten harus memahami lebih dalam mengenai narasi human interest yang baik dan benar. Jika memang ingin membuat cerita yang mengharukan, usahakan untuk meminta izin terlebih dahulu. Karena, tidak semua orang mau pengalamannya yang menyedihkan diekspos begitu saja. Terlebih jika cerita itu mengandung duka yang mendalam, dan dapat membangkitkan trauma.

Perlu diingat juga, konten bernuansa human interest cukup mudah dimanipulasi. Memberi bumbu-bumbu drama pada narasi human interest justru akan membuat konten menjadi ‘terlalu asin’ atau ‘terlalu pedas’ saat disantap oleh audiens. Hal tersebut justru mengaburkan tujuan utama dari human interest, yakni menjadi keterikatan dengan audiens.

Baca juga : Badan Siber dan Sandi Negara Akan Gandeng BIN, TNI, Polri

Bagikan
WordPress Image Lightbox