Ketika kamu menulis karya ilmiah, memahami cara mengutip dari buku menjadi hal yang sangat penting. Hal ini karena kutipan berfungsi sebagai dasar yang memperkuat argumen, menunjukkan bahwa tulisanmu didukung oleh teori atau penelitian yang kredibel.
Selain itu, teknik pengutipan yang tepat juga membantu kamu menghindari tuduhan plagiarisme serta memudahkan pembaca melacak sumber asli yang kamu gunakan. Lantas, bagaimana cara menulis kutipan dari buku? Simak rangkuman informasi selengkapnya berikut ini.
Mengutip dari buku adalah bagian penting dalam penulisan ilmiah untuk menjaga keaslian ide serta menghindari plagiarisme. Pemahaman yang tepat tentang cara menulis kutipan juga membantu pembaca menelusuri sumber informasi secara mudah.
Berikut ini beberapa cara mengutip buku untuk suatu karya tulis ilmiah.
Kutipan langsung adalah kutipan yang diambil apa adanya dari sumber tanpa perubahan kata. Biasanya digunakan ketika kalimat aslinya sudah kuat atau perlu dipertahankan maknanya.
Contoh kutipan langsung yang pendek: Menurut Rahardjo (2019, hlm. 45), “kepemimpinan merupakan kemampuan memengaruhi individu menuju tujuan organisasi.”
Jika lebih dari 40 kata, kutipan ditulis terpisah dan menjorok ke dalam. Contoh kutipan langsung panjang / blockquote ini adalah: “Kepemimpinan bukan hanya soal instruksi, tetapi seni memahami manusia dan situasi…” (Rahardjo, 2019, hlm. 46)
Sementara itu, kutipan tidak langsung adalah kutipan yang diambil dari gagasan penulis, tetapi diungkapkan kembali dengan kata-kata sendiri. Jenis ini biasanya digunakan saat mengutip dari buku untuk skripsi.
Pada jenis ini, kamu tidak perlu menuliskan tanda kutip, tetapi tetap mencantumkan sumber. Contohnya: Kepemimpinan dipahami sebagai proses memengaruhi orang untuk mencapai tujuan bersama (Rahardjo, 2019).

Ketika sumber buku ditulis oleh dua pengarang, penulisan keduanya harus dicantumkan lengkap setiap kali muncul dalam kutipan. Dalam gaya APA (American Psychological Association), penulis menggunakan kata sambung “dan” jika ditulis secara naratif, atau “&” jika ditulis dalam tanda kurung.
Aturan ini berlaku untuk kutipan langsung maupun tidak langsung. Contoh kutipan dari buku dengan dua penulis adalah sebagai berikut:
Jika sebuah buku memiliki lebih dari dua pengarang, penulisannya cukup menggunakan nama pengarang pertama yang diikuti dengan singkatan et al. Aturan ini dipakai untuk kutipan naratif maupun dalam tanda kurung, baik untuk kutipan langsung maupun tidak langsung.
Penyingkatan ini mempermudah penulisan tanpa mengurangi informasi mengenai sumber referensi. Daftar lengkap seluruh pengarang tetap harus dicantumkan pada bagian daftar pustaka.
Kutipan jenis ini digunakan ketika kamu membaca sebuah gagasan di buku B, tapi gagasan itu sebenarnya berasal dari buku A. Artinya kamu tidak membaca langsung sumber asli, sehingga kamu harus menandainya sebagai sumber sekunder.
a. Kutipan dari Pengutip Kedua (Sumber Sekunder Tingkat 2)
Format untuk mengutip pendapat ahli dari buku tingkat kedua adalah: Penulis asli (tahun) dalam Penulis yang kamu baca (tahun)
Contoh: Freud menyatakan bahwa mimpi adalah wujud dari keinginan bawah sadar (dalam Hall, 1997, hlm. 45).
b. Kutipan dari Pengutip Ketiga (Sumber Sekunder Tingkat 3)
Ini terjadi saat kamu mengutip sumber yang sudah dikutip oleh penulis kedua, dan penulis kedua itu mengutip dari penulis ketiga. Meski jarang, formatnya tetap sama: cantumkan rantai sumbernya.
Formatnya: Penulis asli (tahun) dalam Penulis kedua (tahun) dalam Penulis ketiga yang kamu baca (tahun)
Contoh: Teori belajar sosial Bandura dijelaskan sebagai proses interaksi timbal balik antara perilaku dan lingkungan (Bandura, 1977, dalam Smith, 1990, dalam Agustina, 2018, hlm. 12).