Home   Blog    Jurnalisme
Media Massa

  Friday, 20 August 2021 15:12 WIB

Wartawan Bukan Hanya Penulis Berita

Author   Tempo Institute

Photo by Valery Tenevoy on Unsplash

Dalam buku The Elements of Journalism,  Bill Kovach dan Tom Rosenstiel mengatakan bahwa  jurnalis bukan sekadar mengabarkan. Mereka harus memberikan kebenaran yang diperlukan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Prinsip ini menjadi salah satu hal fundamental jurnalisme hingga saat ini. 

Berbeda dengan sekadar memberitakan, mengabarkan kebenaran menuntut kesahihan sebuah kabar. Seorang wartawan tidak bisa memberitakan semua informasi yang dia dapatkan. Mereka terlebih dulu harus mencari kebenaran berita yang didapat, atau melakukan validasi. Validasi berarti pengujian kebenaran atas sesuatu. Jadi, setiap isu yang viral ataupun penting harus divalidasi terlebih dahulu sebelum diberitakan kepada masyarakat.

Validasi ini sangat penting, karena validnya informasi yang diberitakan menjadi indikator kepercayaan masyarakat terhadap media massa. Apabila berita yang sudah keluar terbukti adalah hoaks/disinformasi, si pembawa berita itu pun akan dicap sebagai pembohong.

Sayangnya, saat ini tingkat validasi berita di media massa belum merata. Hal ini bisa dilihat dari masih adanya berita palsu yang diberitakan oleh media massa. Berita itu pun tersebar di beberapa platform media sosial, seperti Twitter, Facebook, Instagram, dll.

Akibatnya, kredibilitas media massa kerap dipertanyakan. Hal ini diperparah dengan tulisan berita yang bombastis dan sensasional demi mengejar klik. 

Salah satu contoh nyata validasi wartawan yang buruk adalah membuat sebuah berita dari isu/fakta yang sedang viral tanpa menguji keabsahan isu/fakta tersebut dari pihak yang terlibat. Contohnya adalah pemberitaan seorang remaja wanita menikah dini. Berita ini ditulis tanpa meminta keterangan lebih lanjut dari objek berita itu sendiri.

Berita tersebut berisi tweet keresahan sebuah akun Twitter, @renestudie, terhadap pernikahan dini yang akan dilakukan oleh sepupunya. Setelah penulis meminta keterangan lebih lanjut dari pemilik akun, pemilik akun tidak mengetahui kalau tweet-nya akan viral dan menjadi sebuah berita. Ia bahkan tidak dihubungi oleh pembuat berita tadi yang mengutip tweet viralnya tersebut.

Wartawan pun harus menjadi profesi yang kredibel nantinya. Calon wartawan yang baik pastinya akan mengikuti pelatihan terlebih dahulu ataupun menempuh pendidikan khusus jurnalisme di perguruan tinggi contohnya. Hal ini tentunya akan berpengaruh terhadap kualitas yang dimiliki nantinya dalam dunia profesional.   

Baca juga : Badan Siber dan Sandi Negara Akan Gandeng BIN, TNI, Polri

Bagikan
WordPress Image Lightbox