Home   Blog  
Pelatihan

  Wednesday, 30 June 2021 14:25 WIB

Storytelling dalam Membangun Awareness Aksi Kampanye dan Aktivisme

Author   Tempo Institute

Storytelling dalam Membangun Awareness Aksi Kampanye dan Aktivisme

Pernahkah Anda merasa bosan melihat slogan-slogan kampanye yang begitu-begitu saja? Atau mungkin Anda pernah mengalami kejadian di mana orang-orang tidak memedulikan pesan penting yang Anda unggah di media sosial? Beriringan dengan kemajuan teknologi informasi, semakin banyak dan semakin mudah pesan dan informasi kita peroleh. Mau tidak mau, kini manusia diterpa banyak informasi dari berbagai penjuru. Dan, itulah yang membuat kita semakin selektif dalam memilih informasi. Kita bisa saja mengabaikan pesan atau informasi yang kita anggap tidak penting, misalnya iklan yang bertebaran di media sosial, atau mungkin unggahan teman yang tidak menarik bagi kita.

Jika Anda seorang influencer atau aktivis, tentu masalah ini menjadi penting. Mengingat, Anda membutuhkan audiens untuk bekerja. Lalu, bagaimana caranya agar pesan atau informasi itu menjadi menarik bagi audiens kita? Salah satu caranya adalah dengan storytelling.

Storytelling menjadi salah satu teknik penyampaian informasi yang mampu mempengaruhi publik. Brownyn Fryer dalam artikelnya yang berjudul, “Storytelling that moves people” di laman Harvard Business Review, mengatakan bahwa storytelling dapat membangkitkan emosi dan energi sang penerima pesan, pembaca atau pendengar. Namun untuk membuat sebuah storytelling yang menarik itu tidaklah mudah.

Apa itu Storytelling?

Secara harfiah, storytelling terdiri dari dua kata, yaitu story yang berarti cerita dan telling berarti memberi tahu atau menyampaikan. Jika diartikan secara sederhana, storytelling adalah cara menyampaikan pesan atau informasi lewat sebuah cerita. Pada dasarnya, sebuah cerita dapat mengekspresikan bagaimana dan mengapa ada perubahan dalam kehidupan. Fryer mencontohkan, ketika rutinitas Anda sehari-hari adalah bekerja, dan semua berjalan lancar. Lalu ada ‘insiden’ yang mempengaruhi rutinitas itu, seperti bos yang meninggal, atau peraturan perusahaan yang berubah. Inilah yang disebut sebagai sebuah cerita.

Storytelling yang baik, dapat menggambarkan perubahan itu dengan cara menarik. Sehingga, storytelling dapat membuat audiens merasa ‘terhubung’ dengan cerita, pesan atau informasi yang disampaikan. Jika audiens tersentuh dengan setiap cerita, unggahan atau konten Anda, itu berarti Anda telah melakukan storytelling yang baik.

Storytelling untuk Membangun Awareness dalam Aktivisme

Di beberapa iklan, penggunaan storytelling sangat diminati. Contohnya saja berbagai iklan asuransi di Thailand yang menyajikan cerita menyentuh hati. Iklan itu sukses meluluhkan hati audiens dan pesan yang disampaikan terngiang dalam benak mereka. Kini, storytelling tidak hanya diterapkan dalam bisnis saja, tapi juga dalam dunia aktivisme. Para aktivis mulai melirik strategi komunikasi ini untuk menyampaikan pesan yang mereka bawa. Aktivisme dan storytelling memiliki kesamaan yakni, soal perubahan.

Aktivisme sendiri adalah sebuah upaya untuk menyampaikan perubahan yang terjadi di tengah masyarakat dan lingkungan dengan tujuan kepentingan bersama. Kegiatan ini membutuhkan dukungan banyak pihak, oleh sebab itu penting bagi seorang aktivis memahami cara untuk meraih atensi publik. Dalam jurnal penelitian Eloisa Nos Aldas yang berjudul Activism, transmedia storytelling and empowerment, menyebut storytelling dalam aktivisme adalah cara baru untuk melakukan aksi dan berkomunikasi secara sosial. Dan, storytelling dapat menjadi salah satu cara untuk meraih atensi publik.

Kejadian Apa yang Bisa Diangkat Menjadi Storytelling?

Dalam aktivisme, ada banyak isu yang bisa diangkat. Misalnya soal perubahan iklim dan segala dampaknya bagi kehidupan manusia. Lalu, apakah isu ini bisa dijadikan storytelling? Tentu bisa.

Perubahan iklim sangat luas dan memiliki banyak cerita perubahan yang bisa diangkat menjadi storytelling menarik. Misalnya saja cerita tentang orang utan yang masuk ke perkampungan di Kalimantan baru-baru ini. Dari kejadian itu, aktivis yang bergerak di bidang kehutanan dan perlindungan hewan, bisa merajut cerita. Mulai dari masalah deforestasi, yang menyebabkan habitat orangutan rusak, sehingga mereka harus mencari makan ke tempat yang lebih jauh dari biasanya, yaitu pemukiman warga. Telah terjadi perubahan, yakni perubahan habitat orangutan yang mempengaruhi ke perilakunya. Jika dikemas dengan kemasan yang menarik dan berhasil membangkitkan awareness audiens tentang pentingnya hutan, bukan tidak mungkin jika semakin banyak orang yang lebih peduli tentang hutan dan orang utan.

Selain perubahan iklim, masih banyak kejadian, cerita, isu atau fenomena yang bisa dirangkai menjadi sebuah storytelling. Kuncinya adalah adanya perubahan, lebih bagus lagi jika perubahan itu ada keterikatan dengan audiens. Selamat bercerita!

Baca juga : Badan Siber dan Sandi Negara Akan Gandeng BIN, TNI, Polri

Bagikan
WordPress Image Lightbox