Home   Blog    Kolom
Update

  Friday, 12 November 2021 09:52 WIB

Perjuangan Perkembangan Literasi Anak-Anak di Timur Indonesia

Author   Digital Marketing

Ilustrasi Anak-Anak Indonesia Timur (Okezone.com)

“Literasi itu sangat luas, ya artinya. Saya pun mengenal literasi baru awal 2013.” 

Ucapan itu keluar dari mulut seorang relawan gerakan literasi di Pulau Solor, Iskandar Plata, yang biasa dipanggil Iskandar. Ia merupakan salah satu relawan yang aktif di komunitas literasi dan rumah belajar. Dua tempat ia berkontribusi, Teras Belajar Idanapo di Pulau Solor dan Rumah Belajar Pasandena di Pulau Adonara menjadi saksi buta perjuangannya.

Pengalaman menjadi relawan literasinya cukup menantang. Ya, ia mengembangkan sebuah komunitas literasi di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) bersama para mahasiswa dari Universitas Gadjah Mada (UGM), guru-guru di sekitar daerahnya, dan para relawan lain dari luar pulau sejak tahun 2016.

Tahun 2013, ia baru mengenal apa itu literasi karena melihat suatu label bacaan. Ia pun memulai sepak terjangnya di dunia literasi ketika menjadi guru honorer SMP di daerahnya yang terpencil, Solor Barat.

Bersama para relawan dari UGM, guru-guru, dan relawan luar pulau mulai menyelenggarakan kelas inspirasi pertama pada tahun 2016. Ia pun mulai mengajari banyak hal literasi kepada anak-anak di daerah terpencil tersebut.

Ada satu hal unik ketika ia mengajar kelas inspirasi di awal-awal mula komunitas literasi terbentuk. “Anak-anak di sana hanya tahu kalau kuliah dan bersekolah, mereka hanya akan menjadi guru atau tenaga perawat saja,” pungkas Iskandar. 

Hal ini cukup mengejutkan diri dan teman-temannya. Pada saat digitalisasi sudah mulai gencar sejak tahun 2010-an, di salah satu daerah terpencil di NTT, anak-anak belum terlalu tahu jenis profesi yang beragam. Sejak saat itu, ia pun semakin bertekad untuk mengembangkan kelas inspirasinya.

Berjalannya waktu, ia pun semakin melihat potensi-potensi anak-anak yang variatif sehingga ia butuh tempat yang lebih besar. Maka dari situ, terbentuklah Teras Belajar Idanapo untuk menjadi tempat bernaungnya ide atau potensi anak-anak untuk lebih berkembang.

Lalu, Iskandar mengembangkan lagi suatu taman belajar bernama Rumah Belajar Pasandena di Pulau Adonara, kampungnya. Kesulitan baru mulai muncul. Ia harus mencari partner untuk memasok buku. Namun, partner terdekat berada di Teras Belajar Idanapo yang notabene terletak di Pulau Solor atau seberang Pulau Adonara.

Iskandar pun harus menyeberang pulau setiap minggunya untuk memasok buku dari Teras Belajar Idanapo ke Rumah Belajar Pasandena. Saat bercerita ke penulis, ia hanya bisa tersenyum malu terhadap apa yang dia lakukan tiap minggunya.

Hal itu pun terus dilakukan hingga sekarang. Alhasil, Rumah Belajar Pasandena bisa melebarkan objektif gerakannya, yaitu lingkungan, literasi, dan toleransi.

Baca juga : Badan Siber dan Sandi Negara Akan Gandeng BIN, TNI, Polri

Bagikan
WordPress Image Lightbox