Anda pasti pernah menonton kartun The Incredible atau Monster Inc saat kecil atau saat bersama Anak atau teman Anda. Kartun-kartun buatan Pixar tersebut pun sangat laku di pasaran bukan hanya karena visualisasi karakter di dalamnya, tetapi alur ceritanya sangat seru untuk anak-anak.
Pixar Animation Studios sebagai empu dari kartun-kartun tersebut mempunyai beberapa tips untuk membuat penyampaian cerita dalam kartun selalu menarik untuk audiens, terutama untuk anak-anak.
Hal ini pernah diungkapkan oleh Emma Coats sebagai salah satu penulis cerita Pixar pada tahun 2011. Ia mengungkapkan ada aturan agar storytelling yang disampaikan dalam bentuk apapun dapat dicerna oleh audiens. Aturan ini bisa diimplementasikan juga dalam komunikasi sehari-hari, interpersonal maupun antarpersonal.
Yuk, simak lima aturan storytelling yang bisa diterapkan oleh Anda saat menulis cerita atau artikel!
Aturan ini sangat penting. Anda wajib memfokuskan pembuatan cerita yang menarik menurut audiens. Anda boleh membawa ciri khas dalam membuat cerita, tetapi tetap fokuskan poin-poin menarik di dalamnya sesuai audiens inginkan.
Jika Anda hanya berfokus pada diri sendiri, audiens belum tentu tertarik dengan apa yang menurut Anda bagus.
Karakter utama dalam cerita memiliki peran krusial. Ia akan selalu hampir ada di setiap jalannya cerita. Nah, sebagai penulis yang kreatif, Anda bisa mengembangkan karakter utama dengan alur yang “naik” dan “turun” sehingga audiens bisa anteng dengan jalan cerita yang Anda sudah tetapkan.
“Naik” di sini bermaksud karakter utama berada dalam kondisi yang enak dan menguntungkan dalam cerita. “Turun” pun bermakna sebaliknya. Karakter utama sedang dalam berada kondisi yang buruk atau bahkan mengenaskan.
Anda mungkin pernah melihat kartun Upin dan Ipin di episode Atuk Dalang sedang bercerita kepada Upin, Ipin, dkk. Atuk Dalang pun memulai ceritanya dengan kalimat “pada zaman dulu” yang sangat panjang di akhirnya. Upin, Ipin, dkk pun kebingungan kenapa kalimat tersebut diucapkan sangat lama sehingga menerka kelanjutan ceritanya, seperti apa.
Kalimat “pada zaman dahulu, …”, “once upon a time, there was…”, “setiap harinya,…”, merupakan salah tiga keterangan waktu yang biasanya dilakukan dalam storytelling. Kalimat-kalimat tersebut bisa membuat dan memulai alur cerita yang naratif sehingga pembaca bisa memahami alurnya dengan baik.
Kombinasi karakter-karakter dalam cerita membuat alur cerita lebih seru dan tidak monoton. Dalam mengkombinasikannya, penulis perlu memiliki fokus agar alur cerita tidak ngalor ngidul ke mana-mana. Audiens pun bisa memahami jalan ceritanya meskipun harus memahami banyak karakter cerita yang ada.
Penyampaian dalam mengkombinasikannya juga harus simpel dan tidak membuat alur cerita lebih kompleks dan tidak beraturan.
Ada pepatah terkenal yang pernah disebutkan Dickie Bush dalam tweet-nya, “No book is ever finished, it’s merely abandoned”.
Setiap cerita yang Anda buat, Anda harus mengakhirinya. Masalah bagus atau tidaknya, Anda bisa mengulasnya setelah cerita Anda berakhir. Jangan biarkan cerita tersebut menggantung!
Baca juga : Badan Siber dan Sandi Negara Akan Gandeng BIN, TNI, Polri