Home   Blog    Jurnalisme
Media Massa

  Wednesday, 02 March 2022 10:38 WIB

Fundamentalnya Fakta dalam Berita

Author   Digital Marketing

Ilustrasi Fakta dalam Berita

Fakta sering kali menjadi sebuah acuan atau patokan dalam banyak hal, seperti pemberitaan dan diskusi ilmiah. Banyak orang mencari “fakta” untuk memastikan kebenaran dari sebuah berita. Namun, tidak banyak orang tahu makna sebuah fakta yang fundamental untuk sebuah pemberitaan.

Fakta sendiri merupakan syarat mutlak bagi sebuah berita. Hal ini ditegaskan oleh Earl English dan Clarence Hach dalam buku Scholastic Journalism. Earl dan Clarence menyebutkan dua pengertian fakta. 

Pertama, fakta adalah sesuatu yang sungguh telah terjadi. Artinya, fakta merupakan kejadian nyata yang sedang atau sudah terjadi. Nah, untuk menjamin sebuah kebenaran peristiwa, wartawan wajib mengecek kembali fakta yang dilaporkan atau disiarkan melalui berbagai kanal media massa.

Kedua, fakta adalah sesuatu yang sangat benar. Tidak ada kepalsuan di dalamnya. Artinya, hal yang dituliskan atau disiarkan wartawan merupakan sebuah kebenaran yang valid. Kebenaran ini bisa diambil dalam sumber berita atau narasumber meskipun kebenaran tersebut bukan sesuatu yang berkaitan dengan peristiwa.

Dua Jenis Fakta yang Biasa Terdapat dalam Berita

Fakta sendiri memiliki dua jenis, yaitu fakta sosiologis dan fakta psikologis. Makna dari masing-masing jenis fakta pun tentu berbeda. Sayangnya, tidak semua masyarakat tahu mengenai dua hal ini.

Pertama, fakta sosiologis. Fakta ini berupa suatu kejadian atau peristiwa (terencana atau tidak) atau sesuatu yang hidup nyata dalam kehidupan masyarakat. Salah satu contoh dari fakta sosiologis adalah kasus kriminalitas dalam masyarakat.

Kedua, fakta psikologis. Fakta ini berupa sebuah pernyataan atau omongan yang berasal dari mulut seorang manusia. Contohnya, sepeti komentar, opini, prediksi, harapan, dan sebagainya. Uniknya, fakta psikologis ini bisa menjadi sebuah fakta sosiologis, seperti prediksi curah hujan yang ternyata benar terjadi. Namun, bisa juga tetap menjadi sebuah fakta psikologis belaka.

Makna Fakta Pernah Menjadi Debat Sengit Antara Dua Petinggi Negara

Perlu diketahui, pendapat wartawan bukan fakta, tetapi pendapat orang lain bisa menjadi sebuah fakta. Permasalahan ini pernah terjadi pada penghujung tahun 1979. Saat itu, Wakil Panglima Angkatan Bersenjata (Wapangab), Laksamana Soedomo, mengkritik pers Indonesia yang mencampuradukkan fakta dengan opini. Ia beralasan pendapat seseorang bukanlah sebuah fakta. Maka, hal itu tidak boleh dimuat dalam berita.

Wakil Presiden RI saat itu, Adam Malik, langsung turun tangan untuk meredakan ketegangan dan menegaskan pendapat seseorang yang disiarkan pers sebagai berita adalah fakta. Yang penting, pendapat tersebut bukan berasal dari seorang wartawan. Namun, wartawan tetap harus menyebutkan sumber pendapat itu dengan jelas dan lengkap.

Baca juga : Badan Siber dan Sandi Negara Akan Gandeng BIN, TNI, Polri

Bagikan
WordPress Image Lightbox