Home   Blog  
Kiat

  Monday, 17 June 2019 19:20 WIB

4 Etika Wawancara Penelitian yang Perlu Kamu Perhatikan

Author   Admin Blog

Foto oleh: Rawpixel.com

Wawancara bukanlah istilah yang asing untuk didengar, tetapi bagaimana dengan etika wawancara penelitian? Untuk melakukan wawancara yang baik, kita perlu memerhatikan etika wawancara penelitian.  Tujuannya adalah agar informan merasa nyaman, sehingga kita bisa mengumpulkan data secara efektif dan maksimal. Bagi kamu yang belum mengetahui apa saja etika wawancara yang perlu diterapkan, yuk! baca artikel ini lebih lanjut.

 

4 Etika Wawancara Penelitian yang Perlu Kamu Perhatikan

 

1. Partisipasi secara sukarela

Dalam melakukan wawancara, pastikan informanmu memang sukarela untuk diwawancara. Jangan sampai ada unsur paksaan yang membuat informanmu merasa tidak nyaman. Hal tersebut dapat berpengaruh terhadap jawaban yang diberikan karena ia tidak merasa senang berada dalam situasi tersebut. Pemberian uang juga menandakan informan menjadi tidak sukarela. Dengan begitu, informan bersedia membantumu karena adanya imbalan uang, bukan karena keinginannya sendiri sehingga sudah melanggar etika di poin satu ini.

2. Perlindungan atas informan

Terkadang informan tidak menyadari unsur bahaya apa saja yang bisa terjadi dalam proyek penelitian yang ia ikuti. Oleh karena itu, jika kamu akan mewawancarai informan, pastikan informan mengetahui risiko apa saja yang mungkin terjadi dan pastikan kamu akan melindungi informanmu dari risiko tersebut. Agar informan merasa aman, berikan ia hak untuk tidak menjawab pertanyaan-pertanyaan yang bersifat sensitif baginya.

 

Baca: Kiat-kiat Menulis dari Tempo Institute

 

3. Kerahasiaan dan anonimitas

Kerahasiaan dan anonimitas sangat terkait dengan privasi informan. Kerahasiaan berarti kamu harus merahasiakan identitas informanmu dari publik karena informan dapat dirugikan jika identitas mereka terkuak. Contohnya adalah menyamarkan nama dan tidak menguak alamat tempat tinggalnya. Anonimitas berarti peneliti pun tidak boleh mengenal lebih dalam informannya. Hal tersebut dilakukan agar peneliti tetap objektif. Walaupun, pada kenyataannya etika terkait anonimitas ini sangat sulit untuk dilakukan. Hal termudah yang dapat kamu lakukan adalah memanggil nama informanmu dengan nama samaran yang kamu ungkapkan ke publik sehingga suatu saat kamu dapat melupakan nama asli dari informanmu.

4. Manfaat bagi informan

Sudah pasti, peneliti mendapatkan manfaat dari kesediaan seseorang menjadi informan karena informan tersebut dapat memberikan banyak informasi dan data yang dibutuhkan untuk keperluan penelitian. Tetapi, apakah informan juga mendapat manfaat? Jika kamu melakukan wawancara, pastikan bukan hanya kamu yang mendapatkan manfaat, tetapi informan juga mendapat manfaat dari kesediaannya menjadi informan bagi wawancaramu.

Di atas adalah 4 etika wawancara penelitian yang bisa kamu terapkan saat melakukan penelitian dalam riset akademik seperti karya ilmiah, skripsi, tesis, atau disertasi. Juga bisa dilakukan untuk keperluan bisnis dan profesional. Etika wawancara penelitian sedikit berbeda dengan etika wawancara jurnalistik.

Etika wawancara penelitian ini diadaptasi dari buku Qualitative Researchin Sociology oleh Amir B. Marvasti

Ingin belajar lebih lanjut mengenai hal-hal berbau jurnalistik? Ikuti kelas-kelas pelatihan yang diselenggarakan oleh Tempo Institute

Penulis: Fatimah Mardiyah

Baca juga : Badan Siber dan Sandi Negara Akan Gandeng BIN, TNI, Polri

Bagikan
WordPress Image Lightbox