Home   Blog  
Kiat

  Monday, 28 June 2021 13:53 WIB

Cara Menulis Kuliner yang Menarik bagi Pemula

Author   Tempo Institute

Cara Menulis Kuliner yang Menarik bagi Pemula

Mungkin banyak yang mengira menulis tentang kuliner atau mereview makanan itu mudah. Nyatanya? Belum tentu. Ada banyak tantangan yang dihadapi oleh para penulis kuliner, seperti alergi makanan, kesulitan mengulik soal sejarah makanan, dan mendeskripsikan rasa. Terlebih, penulis kuliner bisa berasal dari berbagai kalangan, dan tidak harus berprofesi sebagai jurnalis atau chef. Asalkan memiliki kemampuan menganalisa makanan yang baik dan kemampuan menulis mumpuni, Anda bisa menjadi penulis kuliner. 

Selain itu, banyak juga yang mengira menulis kuliner hanya seputar review makanan. Padahal, menulis soal makanan tidak melulu soal resep atau sekadar menilai makanan ini enak atau tidak. Ada banyak cerita di balik makanan yang bisa diceritakan. Dan untuk mendapatkan cerita tersebut, diperlukan insting yang kuat. Juga, agar tulisan menjadi lebih ‘hidup’ dan menarik. Jika Anda ingin memulai menulis tentang kuliner, ada baiknya Anda memahami beberapa hal berikut ini:

Jangan Jadi Pemilih

Cara menulis kuliner yang pertama ialah jangan menjadi pemilih soal makanan. Seorang penulis kuliner terkenal, Jennifer Billock juga mengatakan hal serupa. Di hadapan makanan, seorang penulis kuliner harus bersikap adil dan tidak membeda-bedakan makanan, karena dapat membatasi tulisan yang akan ditulis. Selain itu, Anda juga tidak boleh menilai makanan begitu saja tanpa mencobanya. 

Jika ingin menulis satu makanan yang asing dan belum pernah Anda coba sebelumnya, cari tahu terlebih dahulu. Anda bisa menanyakannya pada juru masak atau orang yang sudah merasakan. Setelah itu, coba eksplorasi rasanya dengan mencicipi. Tanpa mencicipi, hasil tulisan akan jadi kurang menarik dan tidak bisa ‘hidup’ di benak pembaca.

Riset

Yang kedua, cara menulis kuliner ini bertujuan agar tulisan menjadi lebih berwarna, yaitu dengan riset. Kegiatan ini tidak hanya berlaku untuk tulisan kuliner saja, tapi hampir di semua jenis tulisan memerlukan langkah ini, bahkan tulisan fiksi sekalipun. Karena, riset dapat memperkaya tulisan dengan informasi baru.

Riset dapat dilakukan dengan berbagai cara, di antaranya observasi, kajian dokumen seperti buku dan naskah sejarah, juga bisa dengan wawancara. Melalui proses ini, akan hadir banyak informasi baru yang dapat menunjang tulisan. Misalnya, Anda ingin menulis mengenai kuliner khas Jogja, Gudeg. Anda bisa melakukan kajian literatur dengan mencari tahu sejarah Gudeg atau melakukan wawancara dengan pembuat Gudeg legendaris di Jogja, atau ahli kuliner tradisional. Karena menulis kuliner tidak melulu soal rasa saja. 

Kulik dari Sudut Pandang Lain

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, menulis kuliner bukan hanya soal menjabarkan rasa saja. Anda bisa mengulik sudut pandang lain. Misal dari proses pembuatan, cara memperoleh bahan-bahan yang digunakan, ataupun dari segi sejarahnya. Ada banyak cerita di balik dapur yang bisa diceritakan sebelum Anda membahas soal rasa makanan yang sudah terjadi. Misalnya Anda sedang menulis soal Gudeg di Jogja. Anda bisa membahas bahan baku Gudeg yakni nangka muda, bagaimana cara memperolehnya dan mengapa harus nangka yang masih muda. Anda juga bisa membandingkan perbedaan Gudeg Solo dan Jogja. Ada banyak hal yang bisa dibahas dari satu jenis makanan saja.

Kalaupun membahas soal rasa, upayakan untuk membuat tulisan jadi lebih hidup. Deskripsikan pengalaman Anda dalam mengulik makanan itu dengan kalimat yang detail. Hindari menulis dengan deskripsi singkat, seperti “Rasa Gudeg ini terlalu manis, jadi membuat rasa nangkanya hilang.” Tulis detail pengalaman rasa yang Anda alami selama menyantap Gudeg. Seperti, “Gudeg memang terkenal dengan rasanya yang manis. Ketika Anda memasukan sesendok Gudeg ke mulut, rasa manisnya akan menyebar hingga ke rahang bagian dalam. Rasanya manis. Nangka mudanya sangat lembut, hingga Anda tak akan mengira bahwa itu adalah nangka.”

Biarkan Lidah yang ‘Menulis’

Cara menulis kuliner selanjutnya ialah biarkan lidah yang ‘menulis’, perumpamaan ini tentu tidak bisa diartikan secara harfiah. Setelah melakukan riset dan mendapat sudut pandang baru, biarkan lidah yang bekerja. Biarkan lidah Anda merasakan pengalaman rasa sebenar-benarnya. Rekam pengalaman itu dalam pikiran dan kaitkan dengan riset dan sudut pandang lain yang telah didapatkan sebelumnya.

Rangkai kata demi kata, menjadi kalimat yang menarik dan menggoda pembaca untuk mencoba. Anda tak perlu banyak memakai kalimat persuasi agar pembaca tergoda. Anda bisa menggunakan kalimat yang menggoda, misalnya seperti “Rasa ini hanya bisa diperoleh jika disandingkan dengan nasi uduk hangat dan kerupuk beras yang masih garing. Perpaduan ini bagaikan makan ditemani orang tersayang, manis dan lengkap rasanya.”

Baca juga : Badan Siber dan Sandi Negara Akan Gandeng BIN, TNI, Polri

Bagikan
WordPress Image Lightbox