Home   Blog  
Kiat

  Wednesday, 21 July 2021 09:38 WIB

Awas, Tidak Ada Tombol Undo dalam Komunikasi

Author   Tempo Institute

Awas, Tidak Ada Tombol Undo dalam Komunikasi

Dalam alat pemutar musik ada tombol reverse yang memungkinkan kita untuk kembali ke lagu sebelumnya. Dalam komputer dan telepon genggam ada fasilitas undo atau bisa memakai tombol Ctrl + Z. Tapi, dalam hidup, kita tidak punya tombol-tombol itu. Kita tidak bisa memutar waktu. 

Demikian juga dalam komunikasi. Apa yang sudah kita katakan tidak bisa kita tarik lagi. Meski di media komunikasi seperti WhatsApp kita bisa menghapus apa yang kita katakan, tapi jika sudah terbaca maka hal itu tidak bisa ditarik ulang. 

Tidak ada tombol reverse dalam komunikasi. Karenanya, komunikasi disebut irreversible. Irreversible di sini berarti tidak bisa ditarik atau diambil kembali. Sekali hal itu dikeluarkan maka hal itu menjadi kenangan di pikiran. 

Ada satu ungkapan Inggris yang berbunyi, “To forgive, but not to forget”. Ungkapan ini merupakan salah satu contoh sifat irreversible dari komunikasi. Orang bisa memaafkan apa yang Anda katakan, tetapi Anda tidak bisa meralat hal itu. Mungkin juga, hal itu sudah terlanjur “diambil hati” oleh orang tersebut.

Deddy Mulyana dalam bukunya Pengantar Ilmu Komunikasi menjelaskan sifat irreversible ini adalah implikasi dari komunikasi sebagai proses yang selalu berubah. Karena tidak bisa diulang, maka dalam berkomunikasi kita harus benar-benar memikirkan apa yang akan kita sampaikan sebelum dikomunikasikan. 

Sederhana, tapi ini sulit dilaksanakan oleh banyak orang, terutama mereka yang impulsif atau berbuat tanpa memikirkannya masak-masak. Bagi banyak orang, komunikasi itu sederhananya adalah: “Oh, ya udah yang penting gue ngomong.” 

Padahal, komunikasi lebih kompleks dari cuma, ya udah yang penting gue ngomong. Komunikasi tidak berhenti di omongan kita, tapi punya jejak yang panjang setelahnya, baik jejak positif ataupun negatif. Bahkan bisa dikatakan, jejak negatif biasanya lebih bertahan lama. 

Nah, untuk menghindari hal itu, jalan satu-satunya adalah dengan mengangkat seorang penjaga pintu gerbang komunikasi. Seperti penjaga gerbang istana, para penjaga ini hanya akan meloloskan apa yang sudah diizinkan untuk keluar. 

Dalam banyak perusahaan, para penjaga ini disebut divisi humas (hubungan masyarakat) atau public relations (PR). Merekalah yang menjadi perwakilan perusahaan terhadap masyarakat di luar sana. Mereka yang akan menyaring informasi dari dalam sebelum dikeluarkan. Bahkan tak jarang mereka harus menata omongan para petinggi perusahaan. Ini penting, karena informasi yang mereka keluarkan tak bisa ditarik lagi, meski perusahaan sudah mengeluarkan ralat berkali-kali. 

Jika dalam komunikasi lembaga ada PR-nya, maka tidak demikian dengan komunikasi personal. Oleh karena itu, satu-satunya cara untuk menjaga apa yang kita komunikasikan, mau tak mau kita harus berkomunikasi dengan mindfulness. Perkataan dan perbuatan tidak dilakukan secara emosional, tapi disadari, dipikirkan, dan dihitung akibatnya. Perlu waktu dan latihan memang untuk bisa menjadi benar-benar mindful dalam berkomunikasi, tapi tidak ada cara lain. 

Baca juga : Badan Siber dan Sandi Negara Akan Gandeng BIN, TNI, Polri

Bagikan
WordPress Image Lightbox