Seorang jurnalis harus mengetahui siapa saja yang bisa menjadi sumber berita agar laporan yang dibuatnya tetap akurat dan bisa dipercaya masyarakat. Tidak hanya tokoh resmi atau pihak berwenang, masyarakat biasa juga bisa menjadi sumber informasi penting dari suatu peristiwa jika memenuhi syarat.
Kemampuan memilih, memverifikasi, dan menilai kualitas sumber menjadi hal penting dalam proses peliputan modern. Untuk informasi lebih lanjut, simak pengertian sumber berita berikut ini beserta kriteria dan jenis-jenisnya.
Sumber berita adalah segala pihak atau tempat yang memberikan informasi untuk laporan wartawan, baik itu manusia maupun lingkungan sekitarnya. Jurnalis biasanya akan mencari berita dengan mendatangi lokasi peristiwa, instansi resmi, atau individu yang relevan dengan suatu isu.
Sumber berita terpercaya dibutuhkan jurnalis karena mereka tidak selalu bisa menyaksikan suatu peristiwa secara langsung. Keterangan saksi ini dibutuhkan untuk mendapatkan informasi yang mendekati kebenaran.
Selain itu, seorang jurnalis juga mengandalkan keterangan dari ahli, seperti akademisi atau ilmuan. Hal ini disebabkan karena pengetahuan jurnalis juga terbatas, sehingga mereka membutuhkan ahli untuk menjelaskan hal-hal yang berada di luar keahlian mereka secara lebih mendalam.
Tak hanya orang, dokumen resmi seperti siaran pers, laporan pemerintah, atau berkas pengadilan juga bisa menjadi sumber penting dalam kegiatan jurnalisme. Bahkan dalam beberapa kasus tertentu, sumber bisa menjadi pusat pemberitaan, sehingga perlu diberikan ruang untuk menanggapi isu yang muncul.
Ada banyak narasumber yang bisa ditemukan, tapi tidak semuanya bisa menjadi sumber berita. Terdapat sejumlah kriteria yang harus dipenuhi untuk memilih sumber peliputan kredibel, di antaranya:
1. Terlibat langsung dalam peristiwa sehingga mengetahui detail informasi berdasarkan pengalaman pribadi.
2. Memiliki kedekatan hubungan (formal atau personal) dengan pihak yang terlibat dalam suatu peristiwa, sehingga dapat memberikan informasi relevan.
3. Menjadi saksi mata yang benar-benar melihat jalannya peristiwa.
4. Memiliki wewenang resmi, seperti petugas atau pejabat yang menangani langsung sebuah kasus atau situasi.
5. Memiliki keahlian khusus di bidang terkait sehingga pendapatnya dapat memberikan penjelasan objektif dan ilmiah.
6. Reputasinya dapat dipercaya, tidak memiliki rekam jejak menyebarkan informasi palsu atau bias berat.
7. Dapat memberikan data atau bukti pendukung, bukan hanya opini tanpa dasar.
8. Konsisten, yakni keterangannya tidak berubah-ubah tanpa alasan jelas.

Setiap informasi harus kredibel agar informasi disampaikan dapat dipertanggungjawabkan ke publik. Berikut lima jenis rujukan berita yang umum digunakan dalam dunia jurnalistik:
Sumber primer adalah pihak yang bersentuhan langsung dengan peristiwa, seperti korban, pelaku, atau saksi mata. Mereka memberikan gambaran faktual berdasarkan pengalaman langsung di lapangan.
Pihak ini memiliki wewenang resmi terhadap suatu peristiwa atau isu, seperti pejabat pemerintah, polisi, atau juru bicara lembaga. Keterangan mereka umumnya formal, terverifikasi, dan mewakili institusi.
Seorang ahli juga bisa menjadi informan untuk memberikan analisis atau penjelasan mendalam sesuai bidang keahliannya, contohnya dokter, ekonom, ilmuwan, atau pakar hukum. Keterangan mereka membantu memperkuat konteks dan kedalaman berita.
Selain manusia, dokumen dan arsip resmi, berupa laporan, putusan pengadilan, data statistik, arsip institusi, atau siaran pers, juga bisa menjadi sumber informasi. Bahan tertulis ini berfungsi sebagai bukti objektif untuk mendukung fakta di lapangan.
Data digital adalah informasi dari situs web resmi, unggahan media sosial, rekaman CCTV, atau database yang bisa diakses publik. Di era digital, jejak online semakin sering digunakan untuk memverifikasi peristiwa dan memperjelas kronologi.
Agar berita tetap akurat dan terpercaya, jurnalis harus memiliki kemampuan untuk memverifikasi informasi yang didapatkan. Adapun beberapa langkah untuk memeriksa ulang setiap informasi tersebut adalah sebagai berikut:
Memeriksa latar belakang narasumber membantu memastikan bahwa orang tersebut benar-benar berwenang atau berpengetahuan dalam topik yang dibahas. Validasi ini mencegah jurnalis mengutip pihak tidak kredibel.
Mengonfirmasi informasi dengan beberapa pihak terkait membantu melihat apakah keterangan yang diberikan konsisten. Cara ini juga mengurangi risiko keberpihakan atau distorsi fakta.
Dokumen resmi, rekaman, atau arsip dapat memperkuat pernyataan yang disampaikan narasumber. Bukti tertulis juga membantu memberikan kejelasan jika ada perbedaan versi.
Triangulasi dilakukan dengan mencocokkan informasi dari narasumber, bukti lapangan, dan data lain yang relevan. Cara pencarian sumber berita ini penting untuk memastikan fakta telah melalui proses penyaringan dari berbagai sudut.
Jika ada informasi yang meragukan atau belum lengkap, jurnalis perlu meminta penjelasan tambahan. Klarifikasi membantu menghindari kesalahpahaman dan memastikan akurasi sebelum berita diterbitkan.
Seorang jurnalis wajib menggunakan bahan informasi yang didapatkannya dengan penuh rasa tanggung jawab. Setiap informasi itu harus diverifikasi kebenarannya sebelum dipublikasi, agar berita tetap akurat dan menjaga kepercayaan masyarakat.
Dalam pengolahan sumber beritanya, jurnalis dilarang memelintir, mengurangi, atau menambahkan pernyataan yang dapat mengubah makna asli dari ucapan narasumber. Identitas narasumber juga harus dilindungi bila mereka memiliki risiko keselamatan atau privasi.
Tak hanya itu, jurnalis juga harus tetap netral, tidak memihak, dan tidak menerima imbalan apapun dari pihak yang memberikan informasi. Etika ini perlu untuk diterapkan agar berita disajikan dengan benar-benar jujur, adil, dan dapat dipertanggung jawabkan.