Home   Blog  
Pengembangan Diri

  Saturday, 22 November 2025 09:00 WIB

Cara Membuat Resensi Film yang Berisi Beserta Strukturnya

Author   Raden Putri
Cara Membuat Resensi Film yang Berisi Beserta Strukturnya

Resensi film adalah kegiatan mengulas atau mereview sebuah sinema secara kritis untuk memberikan gambaran, penilaian, dan pemahaman isinya kepada pembaca. Ulasan ini berisi tentang kelemahan, keunggulan, dan rekomendasi penulis terhadap suatu karya apakah layak ditonton atau tidak.

Promo Jelang Akhir Tahun

Sebuah resensi mengulik berbagai aspek dalam sebuah film, mulai dari tema, alur cerita, akting para pemain, musik pengirim, sinematografi, hingga pesan yang ingin disampaikan sutradara. Namun, bagaimana cara membuat resensi film itu? Simak rangkuman informasi selengkapnya berikut ini.

Step by Step Membuat Resensi Film yang Berisi

Tujuan utama membuat ulasan film adalah memberikan gambaran kepada pembaca tentang kualitas dan daya tarik sebuah karya sinema. Melalui ulasan ini, penulis menyampaikan pendapat pribadi untuk membantu pembaca menilai apakah karya sinema tersebut layak ditonton atau tidak.

Sebelum mulai menulis, penting untuk memahami struktur resensi film Indonesia agar tulisan lebih terarah dan informatif. Struktur tersebut umumnya mencakup judul, orientasi, sinopsis, kelebihan dan kekurangan, penilaian dan ulasan detail, serta kesimpulan.

Agar resensi yang dibuat semakin berbobot, berikut langkah-langkah yang dapat dilakukan:

1. Menonton Film Secara Menyeluruh

Langkah pertama adalah menonton film sampai selesai tanpa melewatkan bagian penting. Ini membantu untuk memahami alur cerita, karakter, konflik, serta pesan yang ingin disampaikan. Dengan begitu, penilaian yang dibuat bisa lebih objektif.

2. Mencatat Informasi Penting

Saat menonton, catat detail dasar seperti judul, tahun rilis, sutradara, pemeran utama, genre, dan latar. Informasi ini menjadi fondasi resensi yang jelas dan informatif serta memudahkanmu saat menulis kembali isi resensi.

3. Menganalisis Unsur-Unsur Film

Perhatikan bagaimana alur cerita berjalan, kualitas akting para pemain, serta teknik visual seperti sinematografi dan editing. Analisis ini menunjukkan sejauh mana tayangan berhasil menyampaikan ceritanya, semakin rinci pengamatanmu, semakin kuat pula resensinya.

4. Menentukan Fokus atau Sudut Pandang Resensi

Tentukan aspek utama yang ingin disoroti, misalnya kekuatan karakter, keunikan cerita, atau kualitas teknis. Sudut pandang ini membantu resensi tetap terarah dan tidak melebar ke banyak hal, sehingga pembaca jadi lebih mudah mengikuti penilaianmu.

5. Menulis Sinopsis Secara Singkat

Cara membuat resensi film selanjutnya adalah dengan menuliskan sinopsis dari karya yang diulas. Buat ringkasan cerita yang padat dan jelas tanpa membocorkan spoiler penting. 

Sinopsis berfungsi memberi gambaran umum kepada pembaca tentang tayangan tersebut. Pastikan tetap objektif dan tidak memasukkan opini pribadi di bagian ini.

6. Memberikan Penilaian dan Argumen

Berikan pendapatmu tentang kelebihan dan kekurangan film, lalu jelaskan alasannya. Gunakan contoh adegan atau elemen tertentu sebagai bukti untuk memperkuat argumen, penilaian yang jelas membuat resensi lebih meyakinkan.

7. Menulis Kesimpulan dan Skor (Opsional)

Akhiri resensi dengan rangkuman pandanganmu terhadap film secara keseluruhan. Kamu bisa menambahkan rekomendasi apakah tayangan itu layak ditonton dan untuk siapa, skor juga dapat disertakan sebagai penutup jika sesuai gaya penulisanmu.

Contoh Resensi Film Singkat

resensi film

Untuk lebih memahami karya tulis ini, simak contoh resensi film pendek dan singkat berikut ini:

Identitas

Judul: Budi Pekerti

Sutradara: Wregas Bhanuteja

Durasi: 110 menit

Tanggal Rilis: 2 November 2023

Pemeran utama: Angga Yunanda, Prilly Latuconsina, Ine Febriyanti, Dwi Sasono

Orientasi

Wregas Bhanuteja kembali menunjukkan kemampuannya sebagai pendongeng visual melalui film Budi Pekerti. Ia mengangkat isu cancel culture dengan pendekatan personal sehingga terasa dekat dan membekas bagi penonton.Gaya bertutur Wregas memang sudah dikenal kuat, terlebih kali ini ia menjadikan Yogyakarta, kampung halamannya, sebagai pusat cerita, membuat film ini terasa hangat dan autentik.

Sinopsis

Budi Pekerti berlatar Yogyakarta pada masa pandemi Covid-19 dan mengikuti kisah Bu Prani (Ine Febriyanti), seorang guru BK yang terlibat adu argumen dengan pengunjung pasar. Pertengkaran tersebut direkam tanpa sepengetahuannya dan diunggah ke media sosial hingga akhirnya viral dan memicu kecaman warganet.

Banyak orang menilai sikapnya tidak pantas bagi seorang pendidik, dan hal ini sampai ke telinga pihak sekolah. Akibatnya, posisi Bu Prani sebagai guru terancam, sementara keluarganya ikut terseret dalam tekanan publik.

Identitas mereka dipertanyakan dan dicari-cari kesalahannya, membuat suasana rumah semakin tidak tenang. Dua anak Bu Prani, Tita (Prilly Latuconsina) dan Muklas (Angga Yunanda), berusaha mencari solusi agar masalah cepat mereda, sambil menjaga ayah mereka, Didit (Dwi Sasono), yang tengah berjuang melawan depresi.

Kisah kemudian berfokus pada upaya kedua anak itu menyelamatkan nama baik keluarga dan menemukan jalan keluar dari persoalan yang kian rumit. Akankah krisis ini berakhir dengan penyelesaian, atau justru memunculkan babak baru dalam hidup mereka?

Analisis

Wregas tidak sekadar menjadikan Yogyakarta sebagai latar, tetapi memadukan ingatan masa kecilnya dengan isu-isu sosial masa kini. Kombinasi ini menghasilkan pengalaman menonton yang hidup, dengan latar yang benar-benar memberi nyawa pada narasi maupun visual film. 

Budi Pekerti terasa realistis sekaligus akrab, memperlihatkan perhatian Wregas terhadap detail suasana dan budaya setempat. Dialog menjadi salah satu kekuatan utama film ini. 

Penggunaan bahasa Jawa,dari ngoko hingga krama inggil, digarap dengan sangat teliti. Perpaduan bahasa Indonesia dan Jawa membuat interaksi para karakter tampak alami, termasuk ketika dialog menuntut penggunaan bahasa yang lebih emosional. Ketelitian ini didukung oleh performa para aktor yang tampil konsisten, bahkan untuk peran kecil sekalipun.

Evaluasi

Film ini menampilkan sejumlah simbol visual yang menjadi ciri khas Wregas, meski beberapa maknanya terasa kurang tersampaikan secara eksplisit, berbeda dengan simbolisme yang lebih tegas dalam Penyalin Cahaya. Meski begitu, tata kamera yang digunakan tetap mampu memberi kedalaman emosional pada banyak adegan. Scoring dan soundtrack turut memperkuat momen-momen penting, terutama ketika Bu Prani berusaha membuktikan dirinya tidak bersalah.

Walau dikategorikan sebagai drama, Budi Pekerti menyuguhkan ketegangan yang membuat penonton merenungkan kembali perilaku di ruang publik maupun media sosial, seakan menjadi “horror sosial” yang membekas lama setelah film usai. Secara keseluruhan, film ini layak menempati jajaran karya terbaik tahun ini.

Banner Belajar Menulis Penulisan di Tempo Institute

Bagikan