Pedoman wawancara merupakan alat penting yang digunakan untuk membantu peneliti atau pewawancara agar proses tanya jawab berjalan terarah dan fokus pada topik pembahasan. Dengan panduan ini, wawancara akan menghasilkan data yang relevan dan sesuai tujuan penelitian.
Baik dalam wawancara skripsi, penelitian, maupun untuk kebutuhan jurnalistik, panduan ini memiliki peran besar dalam menjaga kualitas informasi. Lantas, bagaimana sebenarnya tata cara melakukan wawancara? Simak rangkuman informasi selengkapnya berikut ini.
Pedoman wawancara adalah panduan tertulis yang berisi daftar pertanyaan atau topik yang akan diajukan kepada narasumber selama proses interviu. Panduan ini digunakan sebagai acuan agar pewawancara tetap fokus pada tujuan penelitian dan penggalian informasi, tanpa kehilangan arah saat proses berlangsung.
Dalam konteks wawancara penelitian kualitatif, panduan ini penting untuk membantu mengarahkan peneliti menggali data secara mendalam namun tetap berstruktur. Dengan adanya pedoman ini, proses tanya jawab akan berjalan lebih sistematis, efektif, dan hasilnya mudah dianalisis.
Pedeoman wawancara tidak hanya berfungsi sebagai daftar pertanyaan, tapi juga sebagai alat untuk mengontrol agar proses diskusi berjalan lancar. Adapun tujuan dan fungsi pembuatan instrumen interviu tersebut adalah sebagai berikut:
Tujuan:
Fungsi:

Terdapat beberapa jenis panduan interviu berdasarkan tingkat keterstrukturannya. Jenis-jenis ini bisa digunakan sesuai kebutuhan wawancara penelitian, antara lain:
Kerangka wawancara ini berisi daftar pertanyaan yang disusun secara rapi dan sistematis. Pertanyaan tersebut harus diajukan sesuai urutan tanpa banyak improvisasi dari pewawancara karena akan memengaruhi data dan informasi yang dibutuhkan.
Metode ini bertujuan menghasilkan data yang konsisten dan mudah dibandingkan antar responden. Oleh karena itu, pedoman ini sering digunakan dalam penelitian kuantitatif, survei, atau studi yang membutuhkan jawaban seragam.
Daftar petunjuk ini memuat pertanyaan inti yang telah dirancang sebelumnya. Namun, pewawancara masih memiliki keleluasaan untuk mengembangkan pertanyaan lanjutan sesuai jawaban narasumber.
Fleksibilitas ini memungkinkan peneliti menggali informasi lebih dalam tanpa kehilangan fokus utama. Jenis ini paling banyak digunakan dalam wawancara penelitian kualitatif dan wawancara skripsi.
Panduan interviu tidak terstruktur berarti tidak menggunakan daftar pertanyaan baku. Pewawancara hanya berpegangan pada topik umum sebagai arah pembicaraan.
Proses tanya jawabnya pun berlangsung lebih bebas dan berkembang sesuai alur diskusi. Metode ini cocok untuk eksplorasi mendalam, terutama ketika peneliti ingin memahami pandangan atau pengalaman narasumber secara luas.
Agar wawancara berjalan efektif, acuan interviu harus disusun dengan cermat. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
Langkah pertama dalam menyusun kerangka acuan ini adalah menetapkan tujuan secara jelas. Peneliti perlu menentukan informasi apa saja yang ingin digali dari narasumber sesuai topik penelitian.
Tujuan ini menjadi dasar dalam menyusun seluruh daftar pertanyaan agar tetap fokus dan relevan. Tanpa tujuan yang jelas, pedoman akan sulit disusun secara sistematis dan terarah.
Berikutnya, peneliti perlu meninjau penelitian terdahulu yang memiliki topik serupa atau relevan. Dari penelitian tersebut, peneliti dapat mempelajari contoh wawancara penelitian yang pernah digunakan.
Proses perbandingan ini membantu menghindari pengulangan kesalahan dan memperkaya sudut pandang dalam menyusun pertanyaan. Selain itu, referensi penelitian sebelumnya dapat menjadi panduan untuk menyusun pertanyaan yang lebih tepat sasaran.
Identifikasi narasumber dilakukan dengan menentukan kriteria responden yang sesuai dengan kebutuhan penelitian. Peneliti biasanya menyesuaikan pemilihan narasumber dengan metode penelitian yang digunakan.
Namun, fleksibilitas tetap diperlukan karena tidak semua calon narasumber dapat berpartisipasi. Oleh sebab itu, peneliti sebaiknya menyiapkan alternatif narasumber yang sama-sama relevan.
Pada tahap ini, peneliti mulai menyusun dan mengembangkan daftar pertanyaan wawancara. Pertanyaan sebaiknya bersifat terbuka agar narasumber dapat memberikan jawaban yang mendalam dan luas.
Selain itu, pertanyaan perlu dibuat singkat, jelas, dan sesuai dengan fokus penelitian. Peneliti juga harus menghindari pertanyaan yang mengarahkan atau mengandung bias agar data yang diperoleh tetap objektif.
Terakhir, susun urutan pertanyaan untuk dialog secara sistematis. Struktur yang baik akan membantu menciptakan suasana wawancara yang nyaman dan lancar.
Urutan pertanyaan juga berperan dalam membangun kepercayaan narasumber sehingga informasi yang diperoleh lebih valid. Dengan struktur yang tepat, peneliti dapat mengumpulkan data secara lengkap dan terarah.
Untuk memahami lebih jelas tentang panduan interviu ini, simak contoh pedoman wawancara dengan topik “Pengalaman Mahasiswa dalam Pembelajaran Daring” berikut ini:
PEDOMAN WAWANCARA
Data Umum:
Nama Informan:
Profesi:
Umur:
Pertanyaan Penelitian: