Paragraf narasi adalah salah satu jenis paragraf dalam bahasa Indonesia yang digunakan untuk menceritakan suatu peristiwa secara berurutan. Jenis tulisan ini berfungsi untuk membantu pembaca memahami kejadian dari awal hingga akhir, seperti mengalami sendiri.
Bentuk paragraf ini banyak digunakan dalam teks fiksi dan non fiksi karena sifat kalimatnya yang seperti bercerita. Lantas, seperti apa sebenarnya paragraf narasi tersebut? Simak rangkuman informasi selengkapnya berikut ini.
Paragraf narasi adalah bentuk tulisan yang menyajikan rangkaian peristiwa berdasarkan urutan waktu. Melalui kalimat ini, penulis dapat menggambarkan bagaimana suatu kejadian berlangsung, termasuk tempat, waktu, dan penyebab terjadinya peristiwa tersebut.
Penyampaian cerita dalam bentuk kalimat narasi dibuat secara runtut agar pembaca mudah mengikuti alur kejadian yang ingin disampaikan. Umumnya, urutan peristiwanya disusun dari awal hingga akhir, namun dalam beberapa karya fiksi alurnya dapat dibalik untuk menimbulkan kesan sugestif.
Bentuk paragraf naratif memiliki tujuan yang beragam, mulai dari menyampaikan informasi hingga memberikan hiburan. Oleh sebab itu, bentuk ini sering dijumpai dalam tulisan berita, cerpen, novel, dan karya sastra lainnya.
Berdasarkan sumber gagasan ceritanya, jenis paragraf narasi dibedakan menjadi dua macam, yaitu narasi ekspositoris dan narasi sugestif. Keduanya memiliki tujuan dan cara penyampaian cerita yang berbeda.
Paragraf ini merupakan bentuk narasi yang menyajikan peristiwa secara logis dan berdasarkan penalaran. Tujuan utamanya adalah untuk memberikan informasi atau menambah wawasan pembaca melalui uraian kejadian nyata. Jenis ini dibagi menjadi dua kategori utama lagi, yakni:
Tulisan sugestif adalah bentuk cerita yang disusun berdasarkan imajinasi penulis. Jenis ini bertujuan menyampaikan makna, pesan, atau pengalaman hidup melalui cerita rekaan, seperti cerpen, novel, dan roman.

Tulisan naratif cukup mudah dikenali karena sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, terutama di media baik cetak maupun digital. Adapun ciri-cirinya adalah sebagai berikut:
Untuk lebih mudah memahami bentuk tulisan ini, simak contoh paragraf naratif berikut:
Berikut adalah contoh paragraf naratif informatif:
Pada tanggal 10 November terjadi pertempuran besar di Surabaya sebagai upaya rakyat Indonesia mengusir penjajah dari tanah air. Konflik ini dipicu oleh tewasnya Brigadir Jenderal Mallaby yang merupakan pimpinan tentara Inggris saat itu.
Peristiwa tersebut membuat pihak Inggris beserta sekutunya mengeluarkan ultimatum agar seluruh pejuang di Surabaya menyerahkan diri. Namun, tuntutan itu justru mendapat penolakan dari rakyat.
Alih-alih menyerah, warga Surabaya membentuk berbagai kelompok perjuangan untuk menghadapi ancaman serangan dari pasukan Inggris. Penolakan tersebut memicu kemarahan pihak sekutu.
Pada pagi hari 10 November, Inggris melancarkan serangan besar-besaran melalui jalur laut, darat, dan udara dengan mengerahkan sekitar 30.000 pasukan infanteri, pesawat tempur, tank, serta kapal perang. Kota Surabaya pun menjadi sasaran serangan tanpa henti.
Seluruh pejuang dan masyarakat turun langsung ke medan perlawanan dengan semangat membara. Semangat tersebut dipimpin oleh Bung Tomo, seorang pemuda yang berani menyuarakan pidato-pidato heroik untuk membangkitkan keberanian rakyat Surabaya.
Pada tahun 1928, Alexander Fleming menemukan zat antibakteri secara tidak sengaja dari jamur Penicillium. Penemuan ini terjadi ketika ia menyadari bahwa jamur tersebut mampu menghentikan pertumbuhan bakteri di sekitarnya saat membersihkan laboratorium.
Temuan tersebut kemudian dikembangkan menjadi antibiotik pertama yang dikenal sebagai penisilin. Penemuan ini membawa perubahan besar dalam dunia kedokteran dan telah menyelamatkan jutaan nyawa di berbagai belahan dunia.
Berikut adalah contoh dari paragraf naratif sugestif:
Langit sore itu tampak kelabu ketika aku melangkah pulang seorang diri. Angin berembus pelan, seolah membawa kenangan yang perlahan muncul di benakku. Setiap langkah terasa berat karena pikiranku dipenuhi rasa ragu dan harapan yang saling bertabrakan.
Aku berhenti sejenak, menatap jalan yang basah oleh hujan, lalu menarik napas panjang. Dalam diam, aku menyadari bahwa setiap perjalanan selalu memiliki arti, meski tak selalu mudah dilalui. Saat itu, aku pun memilih untuk melangkah kembali dengan keyakinan baru.