Di kehidupan sosial, kita sering kali menemukan contoh kompromi dalam interaksi sehari-hari. Hal ini merujuk pada dua pihak yang memiliki pandangan berbeda namun berusaha mencapai kesepakatan bersama untuk memenuhi kebutuhannya.
Oleh karena itu, memahami kompromi adalah hal penting untuk membantu menyelesaikan masalah secara damai dan adil bagi semua pihak. Lantas, apa sebenarnya pengertian kompromi itu? Simak rangkuman informasi selengkapnya berikut ini.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kompromi artinya persetujuan melalui jalan damai atau saling mengurangi tuntutan yang berpotensi memicu persengketaan.
Secara umum, istilah ini berarti proses penyelesaian masalah atau konflik saat setiap pihak yang terlibat secara sadar duduk bersama dan berdiskusi untuk membuat kesepakatan yang bisa diterima semua pihak.
Kompromi dalam sosiologi dipandang sebagai salah satu sarana untuk meredakan konflik tanpa menghancurkan pihak lawan sehingga hubungan sosial tetap terjaga. Proses ini biasanya melibatkan komunikasi, negosiasi, dan pengertian terhadap kebutuhan serta keterbatasan masing-masing pihak.
Sementara dalam psikologi, sikap ini dikaitkan dengan kemampuan komunikasi efektif dan kecerdasan emosional untuk memahami dan menyesuaikan keinginan pribadi dengan orang lain. Oleh karena itu, tak heran jika kemampuan ini penting dalam hubungan interpersonal, baik di lingkungan keluarga, teman, maupun rekan kerja.
Dalam kehidupan sehari-hari, kompromi berfungsi sebagai alat untuk meminimalkan konflik sekaligus mempertahankan hubungan antar pihak yang berbeda pandangan. Proses ini membantu semua pihak merasa dihargai dan tercapai hasil yang seimbang.
Adapun beberapa tujuan lain kompromi dalam interaksi adalah sebagai berikut:

Terdapat beberapa jenis kompromi yang sering muncul dalam kehidupan sosial. Jenis ini tergantung pada konteks, tujuan, dan pihak yang terlibat, diantaranya:
Kesepakatan ini terjadi antara dua individu yang memiliki perbedaan pendapat atau kepentingan, seperti dalam hubungan pertemanan, keluarga, atau pasangan. Bentuk ini menekankan komunikasi terbuka dan kesediaan masing-masing pihak untuk saling mengalah demi menjaga hubungan.
Ini merupakan persetujuan yang melibatkan lebih dari dua orang atau beberapa pihak dalam suatu komunitas atau organisasi. Kesepakatan ini dicapai melalui diskusi bersama dengan mempertimbangkan kepentingan mayoritas tanpa mengabaikan pihak lain.
Kompromi politik terjadi ketika sejumlah pihak dengan kepentingan politik berbeda saling menyesuaikan tuntutan demi mencapai keputusan bersama. Jenis ini sering dipakai untuk membentuk suatu kebijakan, koalisi, hingga penyusunan undang-undang.
Merupakan kesepahaman yang terjadi di lingkungan kerja atau suatu institusi. Hal ini terjadi ketika manajemen dan karyawan menyesuaikan kebijakan agar kepentingan perusahaan dan kesejahteraan pekerja tetap seimbang dan saling terpenuhi.
Setiap jenis kompromi berperan dalam menyelesaikan masalah dalam konteksnya tersendiri. Untuk mencapai hal itu, dibutuhkan komunikasi, sikap terbuka, dan saling berbagi tuntutan agar solusi bisa diterima bersama.
Dalam kehidupan sehari-hari, contoh kompromi bisa dilihat dari banyaknya situasi ketika dua pihak dengan kebutuhan berbeda mencapai kesepakatan bersama. Contohnya, pembeli di pasar bernegosiasi dengan pedagang untuk menentukan harga beli dari sebuah barang.
Di tempat kerja, kesepahaman ini bisa terjadi ketika dua tim memiliki dua ide berbeda untuk menentukan cara paling efektif dalam memenuhi target penjualan. Mereka kemudian memutuskan untuk menggabungkan elemen terbaik dari kedua ide tersebut agar semua pihak merasa dilibatkan dan cara terbaik bisa ditemukan.
Pada kenyataannya, kompromi yang efektif membutuhkan keterampilan tertentu agar hasilnya adil dan mewakili keinginan semua pihak. Adapun cara yang bisa dilakukan untuk mencapainya adalah sebagai berikut: