Kalimat retoris adalah salah satu teknik dalam dunia penulisan persuasif untuk menarik perhatian dan menggugah emosi pembaca. Jenis kalimat ini sering digunakan dalam teks pidato, artikel opini, atau kampanye sosial untuk menumbuhkan rasa setuju dan keterlibatan emosional.
Kalimat ini berfungsi untuk menegaskan gagasan dan memperkuat pesan yang ingin disampaikan penulis. Selain untuk memperindah bahasa, teknik ini juga membantu penulis menyampaikan pesan secara halus namun tetap berdampak kuat. Lantas, apa itu kalimat retoris? Simak rangkuman informasinya berikut ini.
Kalimat atau majas retoris adalah gaya bahasa yang menggunakan kalimat tanya, namun jawabannya sudah diketahui. Hal ini disebabkan karena jawaban atau maksud dari kalimat tersebut sudah ada dalam pertanyaan yang disampaikan.
Singkatnya, pertanyaan retoris adalah kalimat tanya yang yang sebenarnya tidak memerlukan jawaban. Meskipun berbentuk pertanyaan, kalimat ini digunakan untuk menegaskan pendapat, menyampaikan argumen, atau memperkuat pesan yang ingin disampaikan penulis.
Tujuan dari penggunaan kalimat tersebut lebih dari sekadar mencari informasi. Beberapa tujuan dari teknik ini adalah untuk memberikan penegasan pada masalah yang diuraikannya, menyakinkan audiens, ataupun sebagai sindiran. Contoh pertanyaan retoris adalah: siapa yang tidak ingin hidup bahagia?

Secara umum, kalimat tanya retoris memiliki sejumlah fungsi untuk digunakan dengan tujuan tertentu. Beberapa fungsinya adalah sebagai berikut:
Gaya bahasa ini mengajak pembaca atau pendengar untuk merenung dan bertanya pada diri sendiri. Pertanyaan yang muncul biasanya hanya bisa dijawab secara pribadi, sehingga sering digunakan dalam pidato atau buku motivasi untuk menggugah kesadaran.
Bisa digunakan untuk menyampaikan sindiran atau kritik tanpa harus mengatakannya secara langsung. Dengan cara ini, pesan yang disampaikan terdengar lebih sopan, halus, tapi tetap tajam dan berkesan.
Sering dimanfaatkan sebagai sarana untuk memberikan nasihat, baik secara tersirat maupun tersurat. Pemilihan gaya bahasa ini membuat pesan moral terasa lebih ringan dan tidak terkesan menggurui.
Berfungsi untuk mengajak pembaca atau pendengar melakukan sesuatu tanpa perlu jawaban langsung. Karena sifatnya yang persuasif, gaya ini banyak digunakan dalam pidato, iklan, dan buku motivasi.
Kalimat retoris membantu menarik perhatian dan membuat audiens berhenti sejenak untuk berpikir tentang maknanya. Itulah sebabnya gaya ini sering digunakan dalam pidato agar audiens kembali fokus dan terlibat dengan isi pembicaraan.
Kalimat retoris memiliki ciri-ciri yang membedakannya dengan jenis gaya bahasa lain. Beberapa cirinya adalah:
1. Bentuk kalimatnya berupa penegasan atau pertanyaan
2. Terkadang memakai kata tanya dalam kalimatnya
3. Pertanyaan tidak memerlukan jawaban
4. Seseorang yang bertanya dan ditanya telah mengetahui jawabannya
Salah satu contoh dari kalimat retoris adalah pertanyaan apakah kamu mau tersesat? Pertanyaan ini tidak memerlukan jawaban karena setiap orang pasti enggan untuk tersesat atau salah mengambil jalan hidup.
Maksud dari kalimat tersebut bukan semata-mata untuk bertanya, melainkan menasihati seseorang agar berhati-hati mengambil keputusan. Untuk lebih memahami gaya bahasa yang satu ini, berikut beberapa contoh kalimatnya:
1. Kalau janji cuma untuk dilanggar, kenapa harus berjanji sejak awal?
2. Selalu tampil baik di depan semua orang, itu kepribadian ganda atau profesionalisme level dewa?
3. Diam bukan berarti bodoh, tapi mungkin sedang memberi ruang bagi yang merasa paling benar.
4. Apa kamu benar-benar tidak sadar sudah menyakiti perasaan orang lain?
5. Kalau terus dibohongi, siapa yang masih bisa percaya?
6. Kalau bukan kita yang menjaga bumi ini, siapa lagi?
7. Sudah tahu apa yang harus dilakukan, kenapa masih ragu untuk melangkah?
8. Jika kamu punya waktu sekarang, kenapa harus menunda sampai nanti?
9. Kamu tahu pekerjaan itu penting, kenapa tidak segera dikerjakan?
10. Sudah capek kerja, masa nggak boleh manjakan diri dengan yang terbaik?