Kemampuan menulis dan berpikir kritis harus dimiliki oleh setiap orang. Salah satu kegiatan yang menggabungkan dua keahlian ini adalah menulis resensi buku non fiksi.
Kurniawan Djunaedi menjelaskan bahwa resensi buku merupakan bentuk pendapat subjektif yang berisi kupasan atau penilaian terhadap hasil karya, terutama berdasarkan penelitian atau pemahaman mendalam dari pembacanya.
Resensi berisi review dan gambaran besar dari suatu karya tulis. Dari penilaian tersebut, kita bisa melihat nilai dan kualitas literatur yang diteliti.
Resensi buku nonfiksi berarti mengulas karya tulis yang berdasarkan pengetahuan dan fakta. Lebih lanjut, simak penjelasannya berikut ini.

Dikutip dari Self Publishing, buku non fiksi adalah karya tulis yang didasarkan pada peristiwa nyata dan disusun secara akurat berdasarkan fakta.
Naskah ini menyajikan informasi yang benar dan terverifikasi tentang orang, tempat, hewan, konsep, atau fenomena. Tidak ada unsur rekaan atau tokoh fiktif di dalamnya.
Menurut jurnal karya Nungki Dwi Rahayu, yang termasuk dalam kategori non fiktif antara lain buku pelajaran, ensiklopedia, jurnal, biografi, esai, opini, pidato, dan laporan ilmiah.
Beberapa genre yang populer meliputi memoar, otobiografi, bisnis, spiritualitas, kesehatan, sejarah, seni, kuliner, dan karya ilmiah.
Sebelum membuat rangkuman buku non fiksi, penting untuk memahami terlebih dahulu apa itu resensi buku non fiksi.
Resensi buku nonfiksi adalah tulisan yang berisi ulasan, penilaian, dan tanggapan terhadap bacaan yang berisi fakta atau informasi nyata, bukan cerita rekaan.
Tujuan utamanya adalah memberikan gambaran kepada pembaca tentang isi, kelebihan, kekurangan, serta manfaat dari buku tersebut. Dengan begitu, pembaca bisa menilai apakah publikasi itu layak dibaca, dibeli, atau dijadikan referensi.
Resensi buku dapat dilakukan untuk karya fiksi maupun non fiksi. Perbedaan utama keduanya terletak pada fokus ulasan terhadap isi naskah.
Pada karya fiksi, penilaian umumnya akan menyoroti unsur-unsur cerita seperti alur, penokohan, sudut pandang, latar cerita, gaya bahasa, nilai moral, hingga bagian paling menarik dari kisah tersebut.
Sementara itu, dalam literatur non fiksi, ulasan lebih bersifat formal dan analitis. Penulis akan meninjau hal-hal seperti, isi naskah, kebermanfaatan, kelebihan dan kekurangan, hingga alasan mengapa buku tersebut layak dibaca.
Adapun tiga contoh buku non fiksi Indonesia yang sering dijadikan bahan review antara lain Catatan Seorang Demonstran, Madilog, dan Dibawah Bendera Revolusi: Jilid 1.
Meski fokus ulasannya berbeda, namun struktur penulisan resensi untuk kedua karya tersebut pada dasarnya sama. Bagian itu meliputi judul resensi, identitas buku, sinopsis atau gambaran isi, kelebihan dan kekurangan, serta kesimpulan atau penilaian.

Melansir dari Scribd, berikut ini contoh resensi buku non fiksi:
Judul: Resensi Buku Tips & Trik Jago Main Rubik
Identitas Buku:
Judul: Tips & Trik Jago Main Rubik
Penulis: Wicaksono Hadi
Penerbit: Gradien Mediatama
Cetakan: 1. 2009
Tebal Buku: 184 halaman
Sinopsis
Rubik merupakan permainan puzzle mekanik berbentuk kubus yang mempunyai enam warna yang berbeda pada setiap sisinya. Ditemukan pada tahun 1974 oleh Profesor Erno Rubik. Profesor Erno Rubik adalah seorang arsitek dan pemahat asal Hungaria. Dengan waktu yang tidak lama, rubik menciptakan sensasi Internasional. Setiap orang ingin memilikinya dan memainkannya.
Demam ini menjalar baik pada anak-anak maupun orang dewasa. Ada sesuatu yang memikat pada kubus kecil ini. Ia mempunyai konsep yang sederhana, elegan, namun secara mengejutkan sangat sulit untuk diselesaikan.
Satu demi satu kompetisi lokal diadakan untuk berlomba menyelesaikan permainan rubik. Diantaranya adalah United Kingdom Rubik’s Cube Championship (Desember 1981), American Rubik’s Cube Championship (November 1981), Canada Rubik’s Cube Championship (Maret 1982).
Puncaknya adalah pada bulan Juni 1982 untuk pertama kalinya diselenggarakan Rubik’s Cube World Championship di Budapest, dimana orang-orang dari berbagai negara dipertemukan oleh permainan rubik.
Kejuaraan tersebut dimenangkan oleh pelajar Vietnam yang baru berumur 16 tahun dengan catatan waktu hanya 22,95 detik. Suatu prestasi yang luar biasa sekali. Ketertarikan publik pada permainan rubik mulai memudar menjelang tahun 1990-an. Orang- orang sudah terlalu kesal saat mencoba menyelesaikan tapi tak kunjung berhasil.
Sebagian orang lebih tertarik dengan kehadiran video game elektronik pada saat itu. Namun hingga hari ini, lebih dari 30 juta rubik telah terjual, menjadikannya sebagai permainan puzzle terlaris di Dunia sepanjang masa.
Dengan kemunculan internet, rubik akhirnya bangkit. Pada tahun 2000-an, petunjuk untuk dapat menyelesaikan rubik telah banyak ditemukan di internet. Demam rubik pun kembali melanda untuk kedua kalinya.
Puncaknya terjadi pada tahun 2003, ketika World Championship kedua yang diadakan di Canada. Rubik dipandang sebagai permainan yang positif, melatih motorik, daya ingat, serta mampu mendorong pemainnya untuk menjalin komunitas dan berkompetisi secara sehat.
Kelebihan Buku
Buku ini mempunyai banyak gambar yang menarik, penjelasannya lebih terperinci dan jelas, serta terdapat indeks untuk kata-kata yang sulit dimengerti.
Kekurangan Buku
Masih terdapat beberapa kata yang sulit dimengerti dan tidak terindeks pada bagian indeks.