Fiksi menjadi salah satu karya sastra yang cukup populer. Dalam fiksi, imajinasi pembaca bisa berkembang bebas, membayangkan cerita yang dibaca. Oleh karena itu, menjadi penulis fiksi tidaklah mudah.
Tak hanya tantangan merangkai alur dan menuliskannya dalam bahasa yang indah, tapi mudah dipahami, seorang penulis fiksi juga harus mampu menghadirkan latar belakang cerita yang memikat. Untuk mengatasi tantangan-tantangan itu, setiap penulis fiksi memiliki caranya masing-masing. Ada penulis yang memilih untuk menggunakan draft dan membuat poin-poin per babak untuk ceritanya. Tapi, ada juga penulis yang langsung menuliskan ide serta rangkaian ceritanya tanpa draft. Semua itu tergantung kenyamanan masing-masing penulis.
Jika Anda seorang pemula, dan ingin menulis sebuah cerita fiksi, berikut ada beberapa tips menulis fiksi yang bisa dipraktikkan. Di antaranya:
Sebelum menulis fiksi, Anda harus memahami ide cerita terlebih dahulu. Apa yang ingin diceritakan kepada pembaca, dan pesan apa yang ingin disampaikan. Dalam menentukan ide cerita, Anda tidak perlu terlalu muluk-muluk, dan menuliskannya hingga beribu-ribu kata. Ambil tema besar dan pokok gagasan yang ingin dikembangkan. Dicontohkan dalam artikel yang berjudul, “How to Write a Novel” di laman Jerry Jenkins, ide cerita itu dapat berupa satu kalimat utuh seperti, “Seorang hakim yang mengadili seorang pria atas pembunuhan yang dilakukan sang hakim tersebut.”
Dari ide cerita itu, penulis bisa mengembangkan plot, menetapkan karakter, menentukan alur cerita, dan melakukan riset untuk menegaskan detail pendukung cerita. Selain itu, jika penulis sudah menentukan ide cerita, akan membantunya terus berjalan di alur yang telah ditentukan. Tanpa ide cerita yang jelas, seorang penulis fiksi bisa saja kehilangan arah, dan membuat ceritanya malah membingungkan pembaca.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, setiap penulis memiliki metode yang berbeda dalam menyusun alur. Tips menulis fiksi selanjutnya ialah, Anda harus mengetahui apakah Anda nyaman dengan metode outline atau tidak. Anda bisa mencoba dua metode ini terlebih dahulu untuk mencari mana yang paling cocok dan pas. Jika merasa cocok dengan dua metode ini, Anda bisa menggabungkannya.
Misalnya saja, saat Anda sudah menentukan outline, dan di tengah jalan menemukan ide yang menarik untuk menambal outline tanpa mengganggu jalannya cerita, Anda bisa menambahkannya.
Setelah menentukan ide dan metode penulisannya, tips menulis fiksi yang tak boleh terlewatkan ialah tokoh dalam cerita. Peran tokoh sangat krusial dalam sebuah cerita, entah tokoh utama atau pendukung. Oleh sebab itu, menciptakan tokoh juga harus dibarengi dengan karakter yang jelas. Untuk menciptakan kejelasan itu, Anda harus bisa menjawab beberapa pertanyaan tentang, siapa mereka, apa yang diinginkan dalam cerita itu, lalu mengapa mereka menginginkannya, dan apa yang ia lakukan untuk mendapatkan keinginannya itu.
Dalam menciptakan karakter, Anda juga tidak boleh melewatkan perkembangan karakter si tokoh. Misalnya, dalam mencapai keinginannya itu, tokoh akan mengalami beberapa kejadian yang si tokoh mengalami gejolak batin.
Jika Anda menggunakan outline, maka akan lebih mudah membuat plot. Plot adalah alur atau perjalanan cerita. Alur ini bisa disusun jika Anda sudah memiliki gambaran atau outline yang jelas. Plot akan membawa ke mana arah cerita, sehingga perlu disusun dengan baik. Penyusunan plot tiap penulis juga berbeda-beda, tapi pada umumnya berupa pembuka, awal konflik, krisis, klimaks, dan penutup/kesimpulan.
Selain kreatifitas, untuk merangkai plot yang apik, seorang penulis harus membuka wawasannya. Dan yang paling penting adalah melakukan riset.
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, riset sangat penting dalam kepenulisan, tidak hanya dalam karya ilmiah saja. Dalam fiksi, riset juga sangat penting untuk membangun kedekatan dengan tokoh, cerita dan pembaca. Bahkan, seorang penulis bisa saja melakukan riset lebih lama dibanding proses menulis ceritanya.
Riset bisa dilakukan setelah penulis menemukan garis besar, ide, karakter tokoh, dan juga plot. Kemudian, Anda bisa meriset apa saja atribut yang diperlukan untuk membangun karakter agar lebih hidup. Misalnya, tokoh dalam cerita Anda adalah seorang hakim, atribut apa saja yang melekat pada seorang hakim, dan latar belakang apa saja yang diperlukan untuk menjadi seorang hakim. Detail semacam itu perlu diperinci. Tujuannya jelas, agar si tokoh menjadi lebih ‘hidup’.
Selain kelima tips menulis fiksi tersebut, masih ada beberapa tips lain yang bisa diterapkan agar cerita Anda diterima pembaca. Agar lebih maksimal, Anda bisa mengikuti kelas online Menulis Cerita Pendek yang diselenggarakan oleh Tempo Institute.
Baca juga : Badan Siber dan Sandi Negara Akan Gandeng BIN, TNI, Polri