Home   Blog    Kiat
Kolom

  Saturday, 11 August 2018 16:57 WIB

Tips Menulis: 8 Yang Bikin Rumit

Author   Tempo Institute

img-ti-cwmachine@3x

Tips Menulis: 8 Yang Bikin Tulisan Jadi Rumit.

Tulisan yang baik adalah yang mudah dipahami, yang sanggup menyampaikan persoalan dengan jernih. “Clarity is remedy,” tulis George Orwell, penulis novel terkenal “Animal Farm” dan “1984”. Kejernihan adalah penyembuh. Itu sebabnya, tulisan yang ruwet, berliku-liku, berpanjang-panjang tanpa makna bakal memicu kepusingan. Tak hanya itu, pokok pembicaraan yang ingin disampaikan si penulis tak tersampaikan. Misi tulisan pun jadi gagal.

 

Tips menulis

Menulis, hindari hal-hal yang membuat tulisan jadi rumit (Tempo Institute)

 

Nah, dalam artikel tips menulis ini, mari belajar beberapa hal yang membuat tulisan rumit dan susah dipahami. Lebih lengkapnya, berbagai tips menulis dan juga pengetahuan jurnalistik bisa Anda baca di buku “Jurnalistik Dasar – Resep dari Dapur Tempo”. 

Pertama, Pengulangan Kata

Kata-kata yang berulang kali muncul dalam satu paragraf membuat pembaca jadi bosan dan tulisan jadi kurang bertenaga. Solusinya, rajin-rajin buka kamus, cari sinonim atau padanan kata. Penulis dianjurkan juga menggali kekayaan bahasa lokal untuk mewarnai tulisan. Misalnya, rasuah itu diambil dari kosa kata Bahasa Melayu untuk menggantikan korupsi

Kedua, Pengulangan Ide

Soal yang ini lebih parah dari pengulangan kata. Di paragraf awal sudah menyebutkan ide A, eh nanti di paragraf tengah ditulis lagi ide A, terus diulang lagi di paragraf akhir. Hal ini bisa bikin pembaca jadi jengkel dan berkesimpulan bahwa si penulis malas mengelaborasi gagasan yang ditulis.

Solusinya, gunakan outline atau kerangka tulisan yang sesuai dengan angle (sudut pandang) tulisan. Buatlah pointers gagasan apa yang akan ditulis, paragraf demi paragraf. Ingat bahwa satu paragraf satu pokok pikiran. Gagasan utama (main idea) disampaikan dalam kalimat pertama, kemudian diikuti dengan gagasan pendukung (supporting idea) dalam kalimat-kalimat berikutnya.

Penulis pemula sering kali terjebak ingin mengungkapkan semuanya dalam satu paragraf. Akibatnya, paragraf jadi sesak kebanyakan ide, dan argumentasi atau pokok pikiran dalam paragraf tersebut jadi kurang tuntas. Belum selesai menguraikan satu hal, sudah disusul pokok pikiran lain sehingga membuat paragraf jadi padat tapi tidak jelas. Bikinlah kerangka tulisan, lalu cobalah berdisiplin menulis dengan outline tersebut, urutannya bisa disunting dan diperbaiki kemudian. Satu paragraf, satu pokok pikiran.

Ketiga, Tulisan Tidak Fokus 

Tulisan yang tidak fokus terjadi karena penulis tidak atau kurang tajam menetapkan audut pandang yang dipilih. Sebagai penulis, kita harus menyadari bahwa sebuah tulisan tidak mungkin mencakup seluruh sudut pandang sebuah topik. Kita harus rela memilih salah satu angle yang hendak ditulis. Tanpa angle yang tajam, tulisan menjadi tidak fokus.

Topik penetapan kendaraan dengan plat nomor ganjil-genap di Jakarta, misalnya, memiliki berbagai angle yang bisa ditulis. Misalnya:

  • Bagaimana dampak  kebijakan ganjil-genap yang diperluas bagi kemacetan Jakarta?
  • Bagaimana warga Jakarta menyiasati kebijakan ganjil-genap yang diperluas selama Asian Games?
  • Apa saja moda transportasi umum yang mengalami kenaikan penumpang seiring diterapkannya perluasan ganjil-genap di Jakarta?

Merumuskan angle ini bisa dibilang tips menulis yang paling penting. Berdasarkan pengalaman kami di Tempo, rumusan angle yang tajam menjamin 60 persen keberhasilan tulisan. Dengan adanya angle, maka penggalian bahan tulisan pun akan menjadi lebih terarah, tidak seperti menebar jaring di lautan. Kerangka atau outline tulisan juga lebih terarah mengikuti elaborasi pertanyaan yang dipandu rumusan pertanyaan dalam angle. Hasilnya, tulisan menjadi lebih tajam dan fokus.

Keempat, Kalimat Tidak Efektif

Banyak kata-kata penghubung yang mubazir di dalam kalimat, seperti yang, untuk, oleh, dari, namun demikian, dalam rangka, sehingga, dari pada, oleh karena itu –yang sebenarnya tidak punya makna. Solusinya, coba cek kata-kata penghubung itu. Jika dicoret dan artinya tidak berubah, maka kata penghubung itu adalah kata mubazir. Gunakan kata dan kalimat yang ringkas dan ekonomis. Hilangkan kata-kata yang tak perlu. Bandingkan dua kalimat berikut, mana yang lebih efektif?

Kalimat 1: Salah satu cara yang terbukti efektif untuk meningkatkan kualitas tulisan adalah dengan cara memangkas kata-kata yang sering dianggap sebagai kata-kata yang tidak perlu –>> ada 25 kata.

Kalimat 2: Salah satu cara efektif meningkatkan kualitas tulisan adalah dengan memangkas kata-kata yang tidak perlu —>> ada 15 kata.

Kelima, Terlalu Banyak Singkatan

Tak jarang kita membaca tulisan yang sarat singkatan dan akronim (pemendekan kata), terutama jika menyangkut penyebutan instansi militer atau lembaga pemerintah. Terlalu banyak singkatan membuat tulisan akan dipenuhi huruf kapital yang kurang enak dipandang. Bayangkan seandainya di sebuah tulisan ada 30 kali penyebutan KPK, maka secara visual tulisan tersebut akan 30 kali dipenuhi huruf KPK.

Pada penyebutan pertama, kita perlu secara lengkap menuliskan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Pada penyebutan berikutnya kita bisa menulis KPK dengan cara yang lebih variatif, misalnya Komisi AntiRasuah, Komisi yang bermarkas di Rasuna Said, atau Komisi yang kini dipimpin Agus Rahardjo.

Keenam, Bertaburan Istilah Teknis

Sering kali penulis mengandaikan pembaca paham semua hal yang dia tulis. Akibatnya, banyak istilah teknis bertaburan dalam tulisannya, istilah yang hanya dipahami kalangan profesional atau ilmuwan. Berempatilah pada pembaca dari kalangan awam. Menulis dengan menggunakan padanan yg lebih mudah dimengerti, carilah analogi atau perumpamaan, akan memudahkan pembaca memahami isi tulisan Anda.

Infografik melengkapi tulisan

Infografik Kucing, angka-angka disajikan menarik (Tempo.co)

 

Ketujuh, Terlalu Banyak Angka 

Angka yang berderet tak membuat pembaca lebih paham. Tak jarang deretan angka justru membuat bigung, padahal seharusnya data yang diungkapkan bisa memperjelas persoalan yang ditulis. Tips menulis yang disarankan, buatlah infografik sehingga teks tidak terlalu sesak dengan angka. Infografik juga bisa membantu tulisan tampil lebih asyik dan enak dipandang.

Kedelapan, Ejaan, Ejaan, Ejaan

Ini mungkin tips menulis yang paling membosankan. Namun, percayalah bahwa ejaan yang benar akan membuat tulisan Anda lebih mudah dipahami. Tanda baca, penempatan huruf besar, kelengkapan unsur kalimat (subyek, predikat, dan obyek) bukan hal yang remeh. Sering kali terjadi kesalahpahaman karena tanda koma yang salah letak. Kesalahan tanda koma ini banyak terjadi pada kalimat yang panjang yang punnya beberapa anak kalimat.

Perhatikan perbedaan dua kalimat berikut ini: 1) Menurut kabar, burung Andi mengalami kecelakaan parah, 2) Menurut kabar burung, Andi mengalami kecelakaan parah. Keduanya punya makna yang berbeda, bukan?

Kesalahan ejaan yang juga sering terjadi adalah penempatan “di” yang tak sesuai. Contohnya, dilanggar dan di langgar memiliki arti yang benar-benar berbeda. Dilanggar bermakna ditabrak atau diterobos (untuk aturan), sedangkan di langgar artinya (berada) di langgar.

Guru kami, wartawan senior Amarzan Loebis, sering berkata bahwa ejaan adalah kuda-kuda dalam tulisan. Seorang pesilat yang baik, yang jagoan, pasti memperhatikan posisi kuda-kudanya jika hendak bertarung melancarkan jurus-jurus maut. Sama halnya dengan penulis, ejaan harus jadi perhatian karena itulah kuda-kuda dalam tulisan. “Jika ejaannya benar, kuda-kuda tulisan kokoh, dan tulisan menjadi bagus,” kata Amarzan.

(Mardiyah Chamim, Wartawan Tempo sejak 1998, Direktur Tempo Institute)

Anda bisa mengembangkan kemampuan jurnalistik, komunikasi, dan media di pelatihan Tempo Institute. Lihat jadwal pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan Anda di sini. Atau ikuti Kelas Online dari Tempo Institute di sini.

Baca juga : Badan Siber dan Sandi Negara Akan Gandeng BIN, TNI, Polri

Bagikan
WordPress Image Lightbox