Setelah satu pekan menjalani pelatihan daring (online), peserta Independent Media Accelerator (IMA) mulai menjalani pelatihan luring (offline) di Hotel Tamarin, Jakarta. Selain mendapatkan pelatihan dari para narasumber, keduapuluh peserta juga berdiskusi dan mendapatkan bimbingan dari para mentor.
Sebagaimana diketahui, IMA adalah program akselerasi untuk media komunitas. Setidaknya ada tiga bidang utama yang menjadi fokus pada program ini, yaitu kualitas jurnalisme, transformasi digital, dan model bisnis.
Di hari pertama pelatihan luring ini, para peserta mendapatkan pelatihan di bidang kualitas jurnalisme. Ada tiga pembicara di hari pertama ini, yaitu Rini Yustiningsih dari Solo Pos, Nyonyo Laisila dari Narasi TV, dan Ignatius Haryanto, akademisi Universitas Media Nusantara.
Rini, pemimpin redaksi Solo Pos, menceritakan pengalaman transformasi yang dia dan timnya lakukan di Solo Pos selama beberapa tahun terakhir. “Kami sudah tidak menggunakan istilah berita, tapi konten. Redaktur diganti menjadi content manager,” kata dia.
Hal ini dilakukan untuk mengubah mindset bahwa yang diproduksi sekadar informasi. Meski demikian, konten yang mereka buat tetap menggunakan prinsip-prinsip jurnalisme. Menurut dia, hal tersebut perlu dilakukan karena transformasi bukan cuma berganti platform tapi juga menyangkut cara kerja dan mindset.
Sadar bahwa medianya tidak bisa bersaing dengan media besar dengan sumber daya yang luar biasa, Solo Pos memutuskan untuk fokus pada lokalitas. “Kami tidak mungkin berkompetisi melalui berita umum, karenanya kami memilih pasar yang niche, dengan berita yang hyper local, seperti jalanan rusak, lomba panjat pinang, gerak jalan sehat.”
Dalam hal ini orisinalitas menjadi penting. Itulah kenapa Solo Pos memutus kerja sama barter berita dengan media besar. “Agar berita kami benar-benar orisinal, tidak mengandalkan berita dari media besar yang ujung-ujungnya akan seragam dengan media lain.”
Di saat yang sama, dengan kualitas berita yang baik, mereka juga membangun kepercayaan publik. Berita yang mereka keluarkan mampu menjadi jaminan dan medianya menjadi verifikator dari berita yang beredar di media sosial.
Uniknya, dalam mengembangkan bisnis, Solo Pos juga merambah ke bidang lain yang kadang tidak berhubungan dengan media, seperti berjualan ayam panggang atau busana. “Apa pun bisa menjadi sumber pendapatan agar kita tidak tergantung dengan lembaga tertentu. Redaksi menjadi think tank untuk produk yang akan kami keluarkan.”
Baca juga : Badan Siber dan Sandi Negara Akan Gandeng BIN, TNI, Polri