Siaran pers adalah salah satu senjata seorang humas.
Bagaimana pentingnya fungsi kehumasan bagi perusahaan, kata-kata Bill Gates ini patut dicamkan: “Kalau uang saya tinggal sedolar lagi, saya akan gunakan untuk kehumasan.”
Kegiatan kehumasan atau public relations pada dasarnya adalah investasi untuk melindungi, merawat, membangun, dan mengelola reputasi perusahaan. Gates, pendiri Microsoft Corporation, menyadari hal ini. Karena itu, dia sepenuhnya yakin bakal membelanjakan duitnya yang tersisa untuk keperluan kehumasan.
Siaran pers merupakan senjata ampuh bagi humas untuk membangun dan mengelola reputasi perusahaan. Ongkosnya pun murah. Staf kehumasan hanya perlu dibekali keterampilan menulis. Keterampilan ini penting agar mereka mampu membuat siaran pers bernilai berita, yang sekaligus enak dibaca dan mudah dipahami.
Tempo Institute melihat sekurang-kurangnya ada sembilan hal yang harus dan jangan dilakukan ketika menulis siaran pers. Apa saja? Berikut ini perinciannya.
Buatlah judul sebagai eye-catcher. Judul berita harus menarik perhatian wartawan, membuatnya ingin tahu lebih banyak.
Kalimat atau paragraf pertama (lead) harus mampu memikat pembaca. Tulislah secara ringkas dan padat apa yang sedang terjadi.
Menjelaskan informasi 5W + 1H secara jernih: siapa (who), apa (what), kapan (when), di mana (where), mengapa (why), dan bagaimana (how). Tujuannya agar pembaca memahami konteks yang sedang disampaikan perusahaan.
Tulislah secara lengkap nama, jabatan, email, dan nomor telepon. Informasi ini akan memudahkan wartawan untuk meminta konfirmasi, bahkan mendalami siaran pers yang diperolehnya.
Letakkan tanda “###” sebagai penutup siaran pers. Tanda tiga pagar yang diletakkan di bagian tengah pada akhir tulisan lazim digunakan dalam jurnalistik.
Hindari kalimat dan paragraf yang panjang-panjang. Hindari pula pengulangan dan jargon atau istilah yang hanya dimengerti oleh kalangan terbatas.
Jangan mem-blast siaran pers yang sama ke semua media. Susun siaran pers untuk media spesifik, bahkan reporter yang spesifik meliput bidang Anda. Info tentang hal ini bisa dicari di website masing-masing media.
Jangan memindai (scan) siaran pers dan mengirimnya dengan format jpeg. Itu membuang-buang waktu redaktur. Masukkan siaran pers ke dalam tubuh email, bukan sebagai lampiran. Jika terpaksa memakai lampiran, gunakan berkas plain text atau Rich Text Format. Dokumen Word boleh, tapi simpanlah dalam doc.
Menjadi praktisi humas yang mahir merupakan keuntungan yang tak ternilai. Tempo Institute menyadari hal ini dan karenanya mengajak peminat untuk
Tempo Institute yang masih menjadi bagian dari media Tempo, tentu memahami bagaimana penulisan siaran pers yang ramah media dan tidak ruwet. Pelatihan terdekat adalah kelas hibrida Menulis Siaran Pers Ramah SEO yang bisa diikuti langsung di kantor Tempo atau secara online. Dengan metode belajar experiential learning yang dirancang menyenangkan: peserta akan belajar dari pengalaman yang nyata, kaya akan praktik, intensif, dan interaktif dengan pendampingan oleh wartawan Tempo. Klik banner di bawah ini untuk pelajari lebih lanjut.
Baca juga : Badan Siber dan Sandi Negara Akan Gandeng BIN, TNI, Polri