Home   Blog  
Kiat

  Wednesday, 16 September 2020 15:18 WIB

Tips Menulis Makanan: Storytelling Kuliner Lebih dari Cita Rasa

Author   Admin Blog

Foto oleh Ella Olsson dari Pexels

Menulis makanan atau kuliner bukan soal menyatakan suatu makanan enak atau tidak enak. Lebih dari itu, seorang penulis kuliner harus bisa mendeskripsikan cita rasa, aroma, tekstur, dan bahan makanan. Selain itu, Anda juga perlu menyertakan cerita di balik santapan agar tulisan lebih hidup. Berikut hal-hal yang perlu Anda ketahui dalam menulis makanan

1. Menulis tentang makanan itu sendiri

menulis makanan

Mengenal rasa

Mengenal rasa makanan bukanlah hanya soal ‘enak’ atau ‘tidak enak’. Anda harus melakukan tasting pada beragam bahan makanan agar terbiasa mengenal rasa dasar makanan. Misalnya garam untuk asin, pare untuk pahit, dan cabai untuk pedas. 

Di level selanjutnya Anda bisa mencoba mengecap beragam makanan atau masakan. Contohnya sambal untuk pedas, gudeg untuk manis, dan ikan asin peda untuk asin.

Mengenal aroma

Aroma adalah segala sesuatu yang terhirup oleh hidung (indera penciuman). Saat Anda melakukan tasting untuk mengenal rasa makanan, sebaiknya Anda juga melakukan penciuman terhadap aroma bahan makanan tersebut. 

Akan lebih baik bila Anda menghirup aroma dari sejak bahan masih mentah, ketika dalam proses, hingga saat sudah menjadi masakan. Contohnya, Anda bisa mencongkel bagian ubi saat masih mentah, kemudian menghirup aromanya. Kemudian bandingkan dengan aroma ubi yang sudah Anda goreng atau rebus.

Mengenal tekstur

Tekstur adalah apa yang Anda rasakan ketika mengunyah berdasarkan tingkat kepadatan makanan. Anda perlu merasakan tekstur makanan saat melakukan tasting. Misal makanan tersebut renyah, empuk, lembut, padat, atau encer.

Mengenal bahan

Biasanya, Anda dapat mengetahui bahan utama dan cara memasak suatu makanan dari nama menunya. Contohnya Ayam Bakar Madu, Gulai Ikan, atau Udang Saus Mentega. 

Namun, tidak semua nama menu mendeskripsikan bahan dari santapan yang Anda pesan. Jika begitu, Anda harus rajin bertanya kepada yang memasak atau pemilik rumah makan. Hal ini penting agar Anda tidak memberikan informasi yang salah pada artikel kuliner yang Anda tulis.

2. Cerita di balik makanan

Tulisan makanan bukan hanya tentang makanan itu sendiri. Namun juga mengenai bahan-bahannya, proses pengolahannya, hingga penyajiannya. 

Anda juga bisa menambahkan aspek-aspek lain seperti sejarah di balik budaya makanan tersebut, fakta atau cerita menarik tentang makanan yang Anda tulis, minat masyarakat pada makanan itu,  suasana tempat makan, harga makanan, hingga cara terbaik menikmati makanan yang Anda pesan.

Ada 3 cara yang bisa Anda lakukan untuk menggali cerita di balik santapan. Yaitu riset, wawancara, dan observasi.

Riset

Anda perlu melakukan riset terlebih dahulu agar Anda bisa membuat tulisan yang dalam dan bernilai. Riset juga membantu menambah konteks pada tulisan agar tidak hanya bergelut dengan obyek makanan. Hal ini membuat tulisan Anda menjadi lebih kaya dan hidup. 

Anda bisa melakukan riset dengan menelusuri sumber terpercaya di internet, membaca literatur seperti jurnal, atau bertanya langsung pada ahlinya.

Wawancara

Informasi yang Anda dapatkan dari wawancara juga sangat berguna untuk menambah konteks pada tulisan makanan. Anda bisa mendapatkan data valid melalui wawancara. Anda dapat melakukan wawancara dengan juru masak, pemilik rumah makan, pelanggan di rumah makan tersebut, hingga pedagang di pasar. Dari wawancara, biasanya Anda akan mendapatkan fakta atau cerita menarik yang tidak bisa Anda dapatkan dari internet, buku, atau ahli kuliner sekalipun.

Dalam melakukan wawancara, juga ada trik khusus. Anda harus bisa mencairkan suasana dan bertanya selaiknya mengobrol seperti biasa. Hal ini penting, agar narasumber bisa bercerita dengan nyaman, lepas, dan terbuka. Namun setelah itu, Anda harus memberi tahu narasumber bahwa perkataannya akan Anda kutip dalam tulisan Anda.

Observasi

Menulis tentang makanan berarti mentransfer apa yang Anda rasakan secara detail kepada pembaca. Anda perlu melakukan observasi agar tulisan Anda berbobot. Melalui observasi, Anda dapat menemukan hal-hal baru yang bisa Anda elaborasi lebih jauh.

Observasi tidak hanya pada apa yang terlihat oleh mata. Contohnya, ‘mengapa rasa beberapa masakan Aceh seperti masakan India?’, atau ‘mengapa bihun goreng mirip Japchae dari Korea Selatan?’

Setidaknya itulah hal-hal yang perlu ada dalam tulisan kuliner Anda. Masih bingung? tidak perlu risau, Anda bisa mengikuti Kelas Teknik Storytelling Kuliner bersama Tempo Institute.

Penulis: Erdisa Nurmalia
Editor: Fadhli Sofyan

Baca juga : Badan Siber dan Sandi Negara Akan Gandeng BIN, TNI, Polri

Bagikan
WordPress Image Lightbox