Home   Blog  
Jurnalisme

  Thursday, 06 November 2025 11:38 WIB

Apa itu Jurnalisme Warga? Pengertian, Kelebihan, dan Tantangan

Author   Raden Putri
Apa itu Jurnalisme Warga? Pengertian, Kelebihan, dan Tantangan

Di era digital ini, salah satu bentuk perkembangan informasi adalah munculnya jurnalisme warga atau citizen journalism. Jenis jurnalisme ini melibatkan partisipasi masyarakat dalam mencari, mengumpulkan, dan menyebarkan informasi. Artinya, siapa pun bisa menjadi pewarta, meski bukan jurnalis profesional.

Kehadiran jurnalisme warga membuka peluang bagi masyarakat untuk ikut serta melaporkan peristiwa di sekitarnya tanpa harus memiliki latar belakang pendidikan jurnalistik. Setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk menyuarakan informasi dan mengakses media. Untuk memahami lebih jauh tentang praktik ini, simak penjelasan mengenai citizen journalism berikut.

Pengertian dan Sejarah Citizen Journalism

jurnalisme warga

Melansir dari Tempo, dalam jurnal Sukartik, 2016, Nuruddin menjelaskan bahwa citizen journalism adalah kegiatan terlibatnya masyarakat awam yang memiliki akses ke sebuah media untuk memberitakan suatu hal, seperti peristiwa atau tragedi.

Dalam buku Citizen Journalism: Teori, Praktik, dan Model Literasi, dijelaskan bahwa jurnalisme warga dapat dimaknai sebagai aktivitas warga yang tidak memiliki latar belakang jurnalistik dalam melakukan proses peliputan suatu peristiwa, penulisan, serta pelaporan hasil liputan di berbagai platform media.

Praktik ini dikenal juga dengan sebutan media kolaboratif atau jurnalisme jalanan, yang didasarkan pada partisipasi warga. Publik memiliki peran aktif dalam proses pengumpulan, pelaporan, analisis, hingga penyebaran berita dan informasi.

Jurnalisme warga dapat dilakukan oleh siapapun, di mana pun, dan kapan pun. Praktik ini sangat membantu pemberitaan secara digital, dikarenakan dengan menggunakan alat perekam atau kamera mereka bisa mengabadikan peristiwa yang sedang terjadi secara real time.

Praktik ini meluas dikarenakan merebaknya situs web, blogspot serta perkembangan berbagai platform yang semakin baik, yang mendorong penyebaran informasi semakin cepat dan semakin bebas untuk menyebarluaskan informasi.

Walaupun jurnalisme warga sangat berkaitan erat dengan media digital, jurnalisme warga sebenarnya jauh berkembagng sebelum media daring belum populer. Praktik jurnalisme berkembang sejak era Revolusi Amerika.

Praktik jurnalisme di masa itu adalah berupa penyebaran pamphlet-pamflet yang dilakukan oleh Thomas Paine, seorang intelektual Britania Raya di Amerika Serikat. Sementara dilansir dari Britannica, praktik jurnalisme warga juga muncul di Korea Selatan dimana diperkenalkan pertamakali oleh seorang pengusaha daring yaitu Oh Yeon Ho di 2000 dimana ia mengucapkan “setiap warga negara adalah reporter,”.

Ia dan tiga rekannya mengeluhkan akan ketidakpuasan mereka terhadap pers tradisional Korea Selatan. Dikarenakan rendahnya bayaran untuk mempekerjakan wartawan secara profesional dan mencetak surat kabar.

Hingga ia meluncurkan Oh My News sebuah situs web yang menggunakan relawan untuk mengisi konten di web tersebut. Hingga 2007, media tersebut telah memiliki 727 reporter di satu negara dan berkembang menjadi 50.000 kontributor yang melaporkan dari 100 negara.

Sejak saat itu, internet telah melahirkan ribuan situs berita dan jutaan blogger, bersamaan dengan perkembangan pesat citizen journalism. Di Indonesia, jurnalisme warga dipakai di media-media alternatif, dikarenakan penetrasi informasi yang semakin cepat. 

Beberapa isu yang terjadi di daerah beredar dengan cepat dikarenakan praktik jurnalisme warga yang melaporkan kejadian yang dialami secara real time seperti bencana alam, kecelakaan, dan lainnya.

Kelebihan dan Kekurangan Jurnalisme Warga

Melansir dari Weeks of Communication Elaboration, jurnalisme warga memiliki kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanaannya. Beberapa di antaranya adalah:

Kelebihan Citizen Journalism

  • Meningkatkan akuntabilitas media: warga bisa mengawasi kerja jurnalis profesional dan menyoroti bias berita.
  • Bebas dan independen: tidak terikat oleh lembaga, jurnalis warga bisa menulis sesuai pandangan pribadi.
  • Respons cepat terhadap peristiwa: mereka bisa langsung melaporkan kejadian di lapangan secara real-time.
  • Mendorong kolaborasi baru: informasi awal dari jurnalis warga sering membantu jurnalis profesional mengembangkan liputan.

Kekurangan Citizen Journalism

  • Kurang pelatihan profesional: banyak yang belum memahami standar etika dan teknik jurnalistik.
  • Minim verifikasi: berita bisa bias, tidak akurat, atau bahkan menyesatkan.
  • Tidak ada tanggung jawab institusional: tanpa editor atau pengawasan, kesalahan sering tidak terkoreksi.
  • Sulit menentukan kredibilitas: pembaca kesulitan membedakan mana sumber yang terpercaya.

Perbedaan Jurnalisme Warga dan Jurnalisme Profesional

jurnalisme warga

Meskipun sama-sama berperan dalam menyebarkan informasi, jurnalisme warga dan jurnalisme profesional memiliki cara kerja dan tanggung jawab yang berbeda. Melansir dari Writer Digest, berikut beberapa perbedaan di antara keduanya.

  • Tujuan utama: jurnalisme profesional mengutamakan akurasi, sedangkan jurnalisme warga berfokus pada daya tarik dan kecepatan.
  • Proses verifikasi: berita profesional melewati proses penyuntingan dan pemeriksaan fakta oleh editor, sedangkan citizen journalism biasanya ditulis dan disebarkan langsung oleh individu.
  • Etika dan tanggung jawab: jurnalis profesional terikat kode etik dan aturan media, sedangkan jurnalis warga tidak memiliki regulasi atau standar yang sama.
  • Kredensial dan pelatihan: jurnalis profesional memiliki latar belakang pendidikan dan keterampilan jurnalistik, sementara jurnalis warga bisa siapa saja tanpa pelatihan khusus.
  • Platform penyebaran: jurnalisme profesional umumnya hadir di media arus utama seperti televisi, radio, dan surat kabar, sedangkan jurnalisme warga banyak beroperasi melalui blog, podcast, dan media sosial.
  • Gaya pelaporan: jurnalisme profesional berusaha objektif dan netral, sementara jurnalisme warga cenderung lebih subjektif dan berdasarkan pengalaman pribadi.

Tantangan Jurnalisme Warga

Kemajuan teknologi membuat siapa pun bisa menjadi jurnalis warga hanya dengan ponsel dan akses internet. Namun, kebebasan ini juga menghadirkan tantangan besar, mulai dari etika hingga keandalan informasi.

Beberapa contoh citizen journalism bisa dilihat saat masyarakat melaporkan bencana alam atau unjuk rasa lewat media sosial. Informasi yang mereka bagikan cepat, tapi tidak selalu akurat.

Melansir dari Sleuth Fella, berikut beberapa tantangan dari citizen journalism:

  • Kurangnya standar etika: tanpa pelatihan profesional, jurnalis warga rentan menyebarkan informasi yang bias atau tidak lengkap.
  • Minim verifikasi: berita sering disebarkan tanpa pengecekan fakta, sehingga menimbulkan misinformasi dan menurunkan kepercayaan publik.
  • Keterbatasan teknis: peralatan sederhana membuat kualitas dokumentasi dan penyajian berita sering kurang optimal.
  • Kurang konteks dan analisis: jurnalis warga cenderung melaporkan fakta permukaan tanpa penjelasan mendalam.
  • Risiko hukum dan keselamatan: kurangnya pengetahuan tentang etika dan hukum membuat mereka lebih rentan terhadap bahaya atau tuntutan.

Bagikan
WordPress Image Lightbox