Home   Blog  
Kiat

  Friday, 23 July 2021 03:37 WIB

Gak Semua yang Benar itu Tepat

Author   Tempo Institute

Photo by Markus Winkler on Unsplash

Beberapa hari lalu netizen Twitter sempat dikejutkan dengan cuitan Ade Armando, dosen Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia. Cuitannya berisi perbandingan kematian akibat Covid-19 antara Indonesia dan Inggris. Banyak akademisi, dokter, dan netizen, seperti Prof. Sulfikar Amir dan dr. Tirta yang mengecam cuitan tersebut. 

Ade Armando pun beralasan cuitan tersebut dibuat untuk diinterpretasikan sendiri oleh netizen Twitter yang membacanya. Hal ini pun menimbulkan banyak reaksi negatif karena seharusnya perbandingan tersebut tidak perlu diungkap ke publik. 

Saya tidak akan membahas soal apakah cuitan itu benar atau tidak. Yang ingin saya garisbawahi di sini adalah, meski data di cuitan itu benar, belum tentu hal itu bisa dipublikasikan ke umum. 

Ada tiga filter yang harus dilalui sebuah informasi atau opini (pendapat) agar layak atau tepat dipublikasikan. Tidak sekadar apakah informasi itu benar atau salah. Hal ini kerap disebut sebagai triple filter test.

Triple Filter Test

Triple filter test merupakan cara verifikasi dalam menyampaikan informasi kepada khalayak. Cara ini berasal dari candaan Socrates, salah satu filsuf terkenal Yunani. Ketiga hal yang perlu diverifikasi sebelum disebarkan itu adalah: kebenaran (truth), kebaikan (goodness), dan kebutuhan (usefulness). 

Artinya, sebuah informasi, meski sudah benar, tetap harus diuji dulu apakah informasi itu baik untuk disampaikan atau tidak. Kalau pun baik, kita juga harus bertanya, apakah kalau saya sebarkan informasi ini dibutuhkan oleh publik. 

Contoh konkret penerapan triple filter test adalah liputan media massa Jepang saat tsunami 2011. Para wartawan di sana memberikan informasi yang tidak membuat rakyat yang menjadi korban semakin khawatir. Media pun berusaha memberikan informasi positif, berupa perkembangan evakuasi dan pembagian bantuan untuk para korban.

Hal ini perlu diterapkan dalam liputan Covid-19 di Indonesia. Buruknya penanganan Covid-19 di Indonesia menimbulkan banyak kekhawatiran publik. Masyarakat seharusnya bisa mendapat informasi yang kredibel dan berguna dalam penanganan Covid-19. Maka triple filter test diperlukan agar tidak menimbulkan kekhawatiran publik secara berlebihan.

Dalam mencari kebenaran (truth), wartawan bisa menggunakan tiga pertanyaan untuk informasi tersebut. Informasi yang didapat fakta yang kredibel atau tidak, pihak mana saja yang berhasil membuktikan kalau informasi itu fakta, dan mampukah kredibilitas yang dimiliki membuktikan fakta tersebut.

Dalam membuktikan baik atau tidaknya informasi (goodness), wartawan bisa menggunakan tiga pertanyaan untuk informasi tersebut. Informasi itu akan berguna untuk khalayak atau tidak, hal-hal positif akan bangkit setelah informasi disebar atau tidak, dan situasi yang awalnya buruk akan menjadi baik atau tidak setelah informasi disebar.

Terakhir, untuk memastikan informasi dibutuhkan khalayak, wartawan bisa menggunakan tiga pertanyaan juga. Informasi itu akan memberikan pengaruh positif atau tidak, langkah praktis setelah informasi disebar bakal ada atau tidak, dan informasi ini bisa membantu urgensi yang ada pada khalayak atau tidak.

Baca juga : Badan Siber dan Sandi Negara Akan Gandeng BIN, TNI, Polri

Bagikan
WordPress Image Lightbox