Banyak yang mengenal almarhum Bondan Winarno sebagai pereview makanan. Selain menulis, Pak Bondan juga kerap muncul dalam acara televisi, dengan kata yang sudah menjadi trademark-nya: maknyus. Meski sudah meninggal, kata-kata maknyus ini masih dipakai oleh banyak orang saat mendeskripsikan masakan yang super lezat.
Namun, tahukah teman-teman, kalau sebenarnya Bondan juga seorang jurnalis investigasi handal? Yang ia investigasi tentu bukan warung soto terenak. Jauh sebelum menjadi tokoh terkenal di bidang kuliner, beliau adalah seorang wartawan yang sudah malang melintang di berbagai media massa, seperti Tempo, Kompas, dan Sinar Harapan. Bahkan ia pernah menjadi pemimpin redaksi Surat Pembaruan dari 2001-2003.
Salah satu karya liputan investigasinya adalah ketika dia berusaha membongkar skandal klaim palsu tambang emas Bre-X pada 1997. Konon, perusahaan tempat terjadinya skandal ini dimiliki oleh Bambang Trihatmodjo, anak dari Presiden Soeharto yang berkuasa saat itu. Skandal ini mulai terungkap sejak hilangnya Michael de Guzman yang diberitakan meninggal karena hilang di belantara Kalimantan.
Bondan Winarno yang mendengar kabar ini dari koran lokal Balikpapan, Manuntung, mencium hal yang ganjal. Ia pun segera melakukan investigasi dengan segera mencari kebenaran meninggalnya Michael de Guzman tadi. Alhasil, ia melihat banyak kejanggalan dalam mayat Guzman karena ketidaksesuaian fisik sebenarnya Guzman dengan hasil visum.
Dari situ, ia mulai melakukan investigasi dengan mencari banyak sumber tentang kejanggalan tadi. Ia rela untuk pergi jauh hingga ke Kanada, tempat perusahaan Bre-X ini berasal. Ia juga mencoba berbagai teori kematian Guzman.
Pada akhirnya, ia bisa mengungkap kebohongan perusahaan Bre-X ini dengan berbagai fakta menarik di dalamnya. Ada dugaan, Guzman dibunuh karena dia memalsukan penemuan tambang emas besar di Kalimantan. Ketika kebohongan ini terungkap, nilai saham Bre-X yang melantai di pasar saham AS dan Kanada turun drastis hingga enam sen per lembarnya.
Sepak terjang liputannya tentang skandal perusahaan tersebut dibukukan dalam Bre-X: Sebongkah Emas di Kaki Pelangi. Karya liputannya pun mendapatkan banyak pujian. Meskipun beliau sudah tiada, karyanya akan tetap menjadi panutan liputan investigasi sekarang. Dari sini disimpulkan bahwa maknyus-nya Pak Bondan tidak hanya saat mencoba kuliner, tetapi dalam karya jurnalismenya juga.
Jurnalisme investigasi merupakan salah satu jenis jurnalisme yang memerlukan keterampilan teoretis dan praktis yang handal. Nyawa pun sering terancam dalam pelaksanaan liputan investigasi, entah itu skandal atau pengungkapan kasus tersembunyi.
Persiapan yang dilakukan pun lebih kompleks. Wartawan harus mempersiapkan apa yang harus dilakukan ketika pergi ke TKP, cara kabur jika diketahui penyamarannya, dan sebagainya. Pelacakan narasumber dan bukti pendukung pun semakin rumit dan banyak untuk mendukung liputan investigasi. Maka dari itu, tidak semua wartawan terampil dan mampu melakukan liputan investigasi ini.
Baca juga : Badan Siber dan Sandi Negara Akan Gandeng BIN, TNI, Polri