Ketika bencana alam terjadi, wartawan akan menjadi salah satu pihak terdepan yang harus siap meliput. Memahami peliputan bencana bagi wartawan itu sangat penting, terutama wartawan pemula.
Namun di sisi lain, bencana tak selalu disebabkan oleh aktivitas alam. Bisa jadi karena dampak dari aktivitas manusia. Dibutuhkan pembacaan situasi kritis untuk ini. Memahami peliputan bencana penting bagi wartawan karena dalam masa-masa tersebut banyak korban berjatuhan dan menuntut sensitifitas dalam menyajikan laporan.
Selain itu, yang paling utama adalah tentang keselamatan. Apa yang harus mereka lakukan untuk memastikan mereka aman, ke mana mereka bisa pergi jika membutuhkan bantuan, dan siapa yang harus mereka dengarkan. Bagi jurnalis pemula ada lima pilar panduan peliputan bencana yang bisa menjadi dasar menurut poynter:
1. Jelaskan Penyebabnya
Peliputan bencana bisa diawali dengan menelusuri penyebabnya. Meliput bencana bukan hanya soal apa, siapa, di mana, bagaimana, namun juga ‘mengapa’. Mengapa bencana ini bisa terjadi? Adakah yang bisa dilakukan untuk mencegahnya?
Mengidentifikasi organisasi yang bersangkutan, keputusan politik, dan struktur kelembagaan yang memungkinkan terciptanya risiko dan gagal memberikan perlindungan, dapat membantu memahami bencana dengan mengontekstualisasikan peristiwa. Menjelaskan penyebab dapat membantu orang untuk memahami mengapa bencana terjadi dan apa yang mungkin dilakukan untuk mencegah bencana lain atau serupa di masa depan.
2. Identifikasi Populasi yang Terdampak
Bencana tak jarang memakan korban entah sedikit atau banyak. Selain ada kemungkinan kehilangan nyawa, korban-korban ini juga kehilangan harta benda. Mereka juga kemungkinan mengalami stres dan tertekan, kehilangan kehidupan sosial sementara waktu dan lain-lain.
Jelas, populasi yang satu dan yang lainnya terpengaruh secara berbeda akibat bencana ini, karena faktor-faktor seperti di mana mereka tinggal dan akses mereka ke sumber daya. Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang dampak bencana, upaya harus dilakukan untuk menangkap ketidaksetaraan ini.
3. Hentikan Mitos dan Kiasan
Seringkali jika suatu daerah terkena bencana, maka beberapa orang berlatar keyakinan tertentu akan melontarkan bahwa itu merupakan azab dan menjadikan korban memiliki tekanan berlapis.
Mengabadikan mitos adalah sensasional dan dapat merugikan korban. Pelaporan semacam itu mengalihkan perhatian dari fakta dan dapat memicu ketakutan. Penting untuk menyajikan laporan yang mendorong publik saling membantu menyelesaikan masalah ini daripada tenggelam dalam mitos tak berdasar yang menghambat upaya pertolongan.
4. Tinggal Lebih Lama
Tinggal lebih lama bahkan setelah bencana usai adalah pilihan yang bijak untuk wartawan. Ada banyak kisah dan pentingnya monitoring bagaimana upaya bantuan ke para korban terus berjalan.
Dalam beberapa kasus, individu dan komunitas tidak pernah benar-benar pulih – sebaliknya trauma yang mereka derita dapat bermanifestasi dalam masalah kesehatan mental dan fisik yang diturunkan dari generasi ke generasi. Meliputi periode setelah terjadinya bahaya dapat membantu menangkap cerita yang lebih lengkap.
5. Berhenti Menyebut Bencana Alam
Seiring laju perubahan iklim dan pemanasan global akan semakin banyak bencana yang terlihat seperti bencana alam yang alami tanpa campur tangan manusia. Nyatanya, banjir maupun kekeringan adalah dampak panjang bagaimana perubahan iklim terus berlanjut.
Bahaya tertentu mungkin alami, tetapi bencana terjadi karena faktor-faktor, seperti di mana orang memilih untuk tinggal, atau berapa banyak uang yang diinvestasikan untuk pemeliharaan dan mitigasi. Risiko yang dialami orang terakumulasi perlahan seiring waktu sebagai hasil dari keputusan sosial yang lebih luas.
Virus dan kanker yang merebak perlu untuk ditelisik kehidupan seperti apa yang menyebabkan mereka semakin berkembang. Tentu penting untuk tidak bersembunyi dalam kata ‘takdir’ dan ‘alam’.
Sebagai wartawan pemula, kamu wajib belajar jurnalisme lebih mendalam dengan ahlinya yang sudah berpengalaman. Namun, kamu bingung mau belajar di mana?
Yuk, ikuti kelas daring Jurnalisme Dasar yang nantinya kamu akan belajar jurnalisme lebih dalam lagi!
Baca juga : Badan Siber dan Sandi Negara Akan Gandeng BIN, TNI, Polri